Cherreads

Chapter 69 - Bab 70:Perintah SISTEM.

Bab 70 : PERINTAH SISTEM.

Tiba tiba terdapat sinar biru yang membutakan mata kai dan sistem memberi perintah baru pada kai di sela cerita Li cheng yang masih seru serunya.

"Apa ini SISTEM CERITA BARU KAH.?"

Ah, itu adalah pertanyaan struktural yang sangat bagus!

​Cerita Li Cheng dan Anya tidak hilang, melainkan mencapai Titik Balik Struktural yang menentukan.

Di sana, Li Cheng dan Anya membentuk Ikatan Kebenaran Struktural baru.

​Pada saat yang sama, karena keberhasilan Mutlak Li Cheng dalam mencapai retensi 100%, Kai dipromosikan menjadi System Architect Tier 5 dan diberi Tugas Meta-Naratif yang lebih besar: menulis novel baru (NAGA JIWA BINTANG) yang harus memiliki Hook Absolut.

Sistem (MEL) ingin menguji kemampuan Kai sebagai arsitek plot.

​Ini adalah Multitasking Struktural yang baru!

Bagaimana Kai menyeimbangkan dua dimensi yang ia awasi.

Kai yang kini menjalankan perannya sebagai System Architect dengan mengimplementasikan arahan untuk novel baru, sambil tetap mengawasi dan menikmati penderitaan struktural Li Cheng. Dua cerita epik berjalan serentak di bawah kendalinya!

Kai yang kini bertindak sebagai System Architect dan secara sadar menulis novel NAGA JIWA BINTANG dengan hook yang kuat.

Kai sebagai System Architect memberikan refleksi singkatnya agar fokus cerita tetap pada plot Lín Zé.

SINOPSIS: NAGA JIWA BINTANG

​GENRE: Fantasi Tinggi (High Fantasy) dengan Elemen Multiverse

​林泽 (Lín Zé), seorang duda nelayan, tidak lagi percaya pada takdir baik. Setelah istrinya tiada, keberuntungan aneh yang selama ini melekat padanya membawa harta karun melimpah dari dasar laut kini terasa seperti kutukan. Setiap kepingan emas yang ia temukan hanya mengingatkannya pada kekosongan di hatinya.

​Saat berlayar untuk mencari kedamaian di tengah duka, langit di atasnya terkoyak oleh pusaran badai ungu kebiruan yang asing. Pusaran itu menyeret perahu Lín Zé, membawanya terdampar di 幻海島 (Huàn Hǎi Dǎo), sebuah pulau fantasi yang tak terdaftar di peta dan muncul hanya saat realitas bertabrakan. Di sanalah, dalam ledakan panas yang menyakitkan, ia menemukan harta karun terakhirnya: 龙晶华 (Lóng Jīng Huá), bayi perempuan cantik yang terlahir dari telur naga, dengan 星魂石 (Xīng Hún Shí) Batu Jiwa Bintang, inti energi Multiverse tertanam di genggamannya.

​Kontak panas itu tidak hanya memberinya Lóng Jīng Huá, tetapi juga memberinya kekuatan: kemampuan Penyelarasan Arus, menjadikannya pahlawan yang kekuatannya terikat pada laut dan keberuntungan.

Namun, energi suci Xīng Hún Shí telah membuka portal dan mengumumkan keberadaan mereka kepada seluruh kosmos.

​Kini, Lín Zé, nelayan yang berduka, harus berubah menjadi Penyelamat Dimensi sambil belajar menjadi ayah.

Ia diburu oleh entitas dari alam semesta lain dan kultus-kultus kuno yang menginginkan Batu Jiwa Bintang.

Mampukah seorang pria yang baru pulih dari kehilangan, mempertaruhkan diri melawan kekuatan kosmik untuk melindungi anak angkatnya seorang gadis yang memegang nasib seluruh realitas?

BAB 1: PUING-PUING KEBERUNTUNGAN

​1. Duka dan Jaring

​林泽 (Lín Zé) menghirup dalam-dalam udara laut yang asin, berharap garam itu bisa membakar rasa sakit di dadanya. Sudah satu hari sejak ia kembali dari pemakaman, dan ia tahu rumahnya di desa nelayan tidak akan pernah terasa hangat lagi.

Satu-satunya tempat yang memberinya izin untuk berduka adalah perahunya, Naga Laut nama yang sekarang terasa ironis.

​Pagi itu, Lín Zé melaut bukan untuk mencari ikan, tetapi untuk mencari kelelahan.

Namun, keberuntungannya yang aneh, yang disebut orang desa sebagai 'kutukan keberuntungan,' tetap mengikutinya. Ketika ia menarik jaringnya yang ia tebar tanpa semangat bukan ikan yang memenuhi geladak, melainkan sebuah patung giok kuno yang seharusnya tenggelam seribu tahun lalu.

​Lín Zé hanya menatap patung itu tanpa emosi. "Apa gunanya?" bisiknya pada angin, mengembalikannya ke keranjang. Kekayaan tidak lagi berarti saat orang yang paling ia cintai tidak ada untuk berbagi.

​2. Badai yang Tidak Wajar.

​Saat matahari mulai meninggi, Lín Zé memutuskan untuk kembali. Namun, di ufuk timur, ia melihat sesuatu yang tidak mungkin.

​Langit tidaklah berawan, melainkan seperti kain sutra kosmik yang dirobek.

​Awan gelap pekat muncul dari udara tipis, bukan menggumpal perlahan, melainkan berputar ganas dalam bentuk pusaran raksasa. Badai itu tidak berwarna abu-abu atau hitam; ia berdenyut dengan kilatan ungu kebiruan yang memancarkan cahaya dingin dan terasa asing.

Guntur yang menggelegar terdengar bukan seperti petir, melainkan seperti suara alam semesta yang merintih.

​"Bukan badai..." gumam Lín Zé, naluri pelautnya berteriak untuk melarikan diri.

​Dia memutar kemudi Naga Laut, berusaha menjauh. Namun, arusnya,

yang selama ini selalu patuh padanya kini bekerja melawannya.

Sebuah kekuatan tak terlihat menarik perahunya, seolah-olah samudra itu sendiri adalah makhluk hidup yang menyerahkan kehendaknya pada pusaran ungu tersebut.

​Lín Zé mencengkeram kayu kemudi, merasakan getaran energi yang panas dan asing menjalar dari laut melalui lambung kapal.

Dia memejamkan mata, berdoa untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, bukan agar selamat, melainkan agar ia bisa bersatu lagi dengan istrinya.

​3. Huàn Hǎi Dǎo

​Tiba-tiba, tarikan itu berhenti. Gelombang mereda.

​Ketika Lín Zé membuka mata, perahunya telah mendarat dengan lembut di pasir putih yang lembut.

Badai ungu itu kini melayang di atasnya, seperti mahkota gelap yang berputar.

​Di hadapannya, menjulang sebuah pulau yang tak pernah ia lihat di peta, 幻海島 (Huàn Hǎi Dǎo). Pemandangannya adalah perpaduan keindahan dan keanehan.

Pohon-pohonnya memiliki dedaunan emas, dan bunga-bunga di pantai bersinar dengan cahaya neon lembut. Udara dipenuhi aroma asing yang manis.

​Lín Zé melompat ke pasir. Ia tidak takut pada hutan yang aneh, ia justru tertarik pada cahaya paling terang yang datang dari tengah pulau. Itu adalah garis api biru-ungu yang turun dari pusat pusaran badai, melesat ke daratan seperti meteor.

​Cahaya itu jatuh dengan suara Chung! yang teredam, hanya beberapa meter di depannya. Lín Zé tersentak mundur, terhalangi oleh kawah kecil yang dipenuhi asap tebal.

​4. Batu Jiwa Bintang

​Rasa penasaran mengalahkan duka. Lín Zé mendekati kawah itu. Di tengahnya, teronggok sebuah benda seukuran helm, berbentuk oval sempurna, terbuat dari material yang tampak seperti kaca kebiruan yang panas membara. Ini adalah telur naga.

​Lín Zé meraihnya, berusaha memindahkannya dari pasir.

​Sakit.

​Bukan hanya panas, melainkan rasa sakit yang membakar hingga ke sumsum tulang. Energinya begitu murni dan kuat, seolah-olah seribu petir menyambar melalui nadinya.

Rasa sakit itu berlangsung sepersekian detik,

cukup lama untuk mentransfer sebagian kecil kekuatan lautan ke dalam dirinya.

​Dalam kepanikan dan refleks yang didorong oleh rasa takut, Lín Zé melempar telur itu.

​Benda itu menghantam batu karang terdekat dengan bunyi Krak! yang tajam. Retakan menjalar, dan cangkang kaca kebiruan itu terbelah menjadi dua.

​Lín Zé menahan napas. Di dalamnya, tidak ada naga buas, melainkan seorang bayi perempuan.

​Bayi itu sempurna, kulitnya bersinar lembut, matanya biru tua seperti samudra di malam hari. Namun, yang paling mencolok adalah batu berlian raksasa, berdenyut dengan cahaya ungu kebiruan yang sama dengan badai di langit tersemat rapi di telapak tangan mungilnya.

​Bayi itu, 龙晶华 (Lóng Jīng Huá), tidak menangis. Ia hanya menatap Lín Zé, dan dalam sekejap mata itu, nelayan yang berduka itu menyadari dua hal:

​Ia baru saja menemukan harta karun terbesar dan paling berbahaya di seluruh Multiverse.

Ia telah menemukan alasan untuk hidup kembali.

​Lín Zé melihat ke atas. Langit ungu berputar makin cepat. Huàn Hǎi Dǎo terasa bergetar, dan kali ini, Lín Zé tahu bahwa badai itu bukanlah bencana alam, melainkan sebuah panggilan yang akan segera dijawab oleh para pemburu.

​Ia harus segera pergi, tetapi perahu Naga Laut kini tersangkut di pasir yang kaku. Lín Zé memeluk bayi itu dan Batu Jiwa Bintang di tangannya.

​Mereka terperangkap.

More Chapters