BAB 71 : ANCAMAN PERTAMA DI HUÀN HǍI DǍO
Ancaman pertama yang muncul untuk menguji
kekuatan baru Lín Zé.
Kita akan menggunakan kekuatan Penyelarasan Arus (水流導引 - Shuǐ Liú Dǎo Yǐn) dan keberuntungan pasif Keberuntungan Pasif (好運加持 - Hǎo Yùn Jiā Chí) milik Lín Zé.
Reaksi dan Realisasi
林泽 (Lín Zé) memeluk 龙晶华 (Lóng Jīng Huá) ke dada. Bayi itu hangat, dan batu 星魂石 (Xīng Hún Shí) di tangan mungilnya memancarkan kehangatan yang kontras dengan dinginnya badai yang baru saja berlalu.
Lín Zé menarik napas dalam-dalam. Ia menyadari perahu Naga Laut terjebak, dan pemandangan pulau 幻海島 (Huàn Hǎi Dǎo) tampak menjulang tinggi, tidak ada tanda-tanda laut lepas.
Ia mencoba berlayar. Ia mendorong perahu dengan sekuat tenaga, tetapi perahu itu seolah di jangkar oleh gravitasi yang tidak wajar. Frustrasi, ia menendang air dangkal.
Saat kakinya menyentuh air, terjadi hal aneh: air di sekitarnya tidak bergerak, tetapi mendengarkan. Lín Zé merasakan aliran energi yang ia rasakan saat memegang telur tadi, namun kini energi itu mengalir dari dirinya ke laut.
Secara insting, ia memikirkan arus pasang surut yang kuat. Tiba-tiba, ombak di sekeliling perahu bergerak sendiri, terkonsentrasi menjadi dua pusaran kecil di sisi kiri dan kanan lambung perahu.
Pusaran itu berputar dengan cepat, mengangkat Naga Laut dari pasir yang mengunci.
"Aku... aku tidak mendorongnya," gumam Lín Zé, menatap tangannya yang basah. "Aku memerintahkannya."
Ia baru saja menemukan bahwa ia telah menjadi Penyelaras Arus.
Panggilan yang Tak Terjawab
Lín Zé kembali ke geladak. Ia mengeluarkan radio, mencoba menghubungi desa nelayan.
"Kode 2-7-1. Ada kapal terdampar. Butuh pertolongan medis..."
Hanya ada suara desisan tajam. Radio itu mati total.
Saat ia mencoba memperbaiki, suara radio tiba-tiba hidup kembali namun bukan suara manusia. Itu adalah serangkaian kode elektronik kuno yang didengar Lín Zé, diikuti oleh suara decitan menusuk yang membuat kepala Lín Zé sakit.
"Mereka... tahu," bisik Lín Zé, memandang Lóng Jīng Huá. Xīng Hún Shí di tangan bayi itu berkedip, seolah menjawab panggilan radio yang terdistorsi tersebut. Batu itu adalah suar bagi siapa pun di Multiverse yang mencarinya.
Ancaman jelas terlihat dari Laut
Lín Zé membawa Lóng Jīng Huá ke kabin yang relatif aman. Ia mengambil pisau nelayan andalannya satu-satunya senjata yang ia miliki.
Saat itulah ia merasakan getaran melalui lambung perahu.
Bukan ombak. Itu adalah langkah kaki.
Dari balik kabut tebal yang menyelimuti pantai, muncul sosok pertama yang datang ke pulau itu. Itu adalah makhluk yang tidak masuk akal, dengan tubuh seperti manusia yang kurus, tetapi seluruh kulitnya ditutupi oleh sisik biru gelap dan memancarkan cahaya pudar.
"Ji-wa... Bi-ntang..." Suara makhluk itu serak, bukan berbicara, melainkan seperti batu basah yang bergesekan. Makhluk itu memiliki mata kuning yang menatap lurus ke kabin.
Lín Zé bersembunyi. Makhluk itu, yang ia anggap sebagai Pemburu Dimensi, naik ke geladak Naga Laut.
Ujian Pertama (Uji Kekuatan)
Lín Zé tahu ia tidak bisa melawan makhluk itu secara fisik. Pisau nelayan hanya akan terpental dari sisik biru itu.
Ia ingat rasa sakit yang ia rasakan di air. Sambil memeluk Lóng Jīng Huá, ia berfokus pada air di kabin air minum di botol yang tumpah di lantai.
"Maju."
Air di lantai tiba-tiba bergerak sendiri. Air itu melompat seperti cambuk kecil dan menyengat mata Pemburu Dimensi.
Makhluk itu meraung kesakitan dan menoleh ke arah kabin. Ia mengangkat tangan panjangnya, dan cakarnya mengeluarkan api hijau yang merusak.
Dalam keputusasaan, Lín Zé memikirkan arus yang paling kuat, arus bawah yang menarik semua yang jatuh ke jurang.
Ia mengarahkan tangannya ke dasar perahu. Energi mengalir darinya, bukan ke perahu, tapi ke lautan di bawah.
水流導引 (Shuǐ Liú Dǎo Yǐn) diaktifkan.
Di bawah geladak, air laut bergejolak hebat, menciptakan pusaran air yang tidak terlihat oleh mata. Tiba-tiba, pusaran itu menarik kaki Pemburu Dimensi, membuatnya kehilangan pijakan. Makhluk itu tergelincir, jatuh ke dalam laut yang berputar ganas di bawah perahu.
Makhluk itu menjerit saat pusaran air yang dibuat Lín Zé menyeretnya ke kedalaman, menghantamkannya ke karang di dasar laut.
Lín Zé terengah-engah, kekuatan itu menghabiskan energinya, dan ia hampir pingsan. Namun, Pemburu Dimensi telah hilang.
Ia melihat ke bawah. Air laut kembali tenang. Lóng Jīng Huá masih tidur nyenyak di pelukannya.
Lín Zé merasakan kekuatannya kembali perlahan. Ia melihat ke sudut kabin, tempat ia menjatuhkan pisau nelayan tadi. Tepat di samping pisau itu, tergeletak sebuah kantong kecil berisi bubuk kristal yang jatuh dari saku Pemburu Dimensi ketika ia terjatuh.
Itu adalah 好運加持 (Hǎo Yùn Jiā Chí)—keberuntungan pasif yang menyelamatkan hidupnya. Musuh tidak hanya gagal; musuh itu menjatuhkan alat penting.
Lín Zé tahu ini bukan akhir. Ia memeluk putrinya erat-erat. Ia mungkin nelayan, duda, dan bukan seorang pahlawan, tetapi ia akan belajar, demi Xiǎo Jīng.
"Kita tidak akan mati di sini," janji Lín Zé. "Ayah akan melindungi kamu."
Pelarian yang Mustahil
Dua hari. Dua hari penuh 林泽 (Lín Zé) berlayar di atas samudra yang tenang, di bawah langit biru yang tidak wajar.
Setelah berhasil mengalahkan Pemburu Dimensi di 幻海島 (Huàn Hǎi Dǎo) dengan Penyelarasan Arusnya, Lín Zé menggunakan kekuatan barunya untuk memanggil ombak dan arus laut, mendorong perahu Naga Laut menjauh dari pulau yang kini telah menghilang kembali ke dalam kabut.
Perjalanannya terasa aneh. Air laut di sekitarnya begitu tenang, hampir seperti permukaan danau, membiarkan Lín Zé berlayar tanpa hambatan sedikit pun. Ini adalah manifestasi dari 好運加持 (Hǎo Yùn Jiā Chí) Keberuntungan Pasifnya yang kini bekerja pada skala besar.
Namun, kedamaian ini bukannya menenangkan, malah mencekik.
"Laut tidak pernah setenang ini, 小晶 (Xiǎo Jīng)," bisik Lín Zé pada 龙晶华 (Lóng Jīng Huá) yang kini ia gendong dengan hati-hati. Ia telah membuatkan keranjang tidur darurat dari jaring dan jaket tua. "Ini bukan anugerah. Ini adalah perangkap."
Lín Zé tahu bahwa musuh dari alam semesta lain tidak akan menyerah hanya karena satu Pemburu Dimensi gagal. Mereka menunggu. Mereka mengintai. Ketenangan di sekitarnya terasa seperti mata badai titik diam sebelum kehancuran total.
Beban Bintang
Di telapak tangan Lóng Jīng Huá, 星魂石 (Xīng Hún Shí) berdenyut pelan, memancarkan cahaya ungu biru yang lembut. Cahaya itu tidak hanya menerangi kabin yang gelap, tetapi juga menyuburkan perasaan Lín Zé.
Setiap kali Lín Zé melihat batu itu, ia mengingat dua hal: wajah istrinya yang hilang, dan wajah Pemburu Dimensi yang penuh kebencian.
Ia menyadari bahwa Xīng Hún Shí bukan hanya harta karun; itu adalah Beban Kosmik.
"Aku nelayan, 小晶," kata Lín Zé, membersihkan butiran keringat dari keningnya. "Aku hanya tahu cara menangkap ikan, bukan cara berperang antar dimensi."
Ia memeriksa bubuk kristal yang ia dapatkan dari saku musuh yang kalah. Bubuk itu terasa panas dan bergetar saat didekatkan ke Xīng Hún Shí.
Lín Zé menduga, bubuk ini mungkin adalah semacam pelacak dimensi yang kini menjadi satu-satunya petunjuknya tentang siapa yang mengejar mereka, dan seberapa dekat mereka.
Lín Zé harus membuat keputusan: Berlayar kembali ke desa lamanya, di mana ia bisa membahayakan seluruh komunitas, atau mencari seseorang yang mengerti tentang Fantasi Tinggi, bukan hanya sekadar legenda laut.
Sebuah Peluang dan Sebuah Pilihan
Lín Zé tahu ia membutuhkan dua hal: Informasi dan Tempat Berlindung.
Saat Lín Zé berkutat dengan peta pelayaran lamanya, mencari tempat terpencil dan aman, Lóng Jīng Huá tiba-tiba tertawa.
Tawa bayi itu adalah suara paling murni yang pernah didengar Lín Zé sejak kematian istrinya.
Di tengah tawa itu, Xīng Hún Shí berdenyut lebih terang. Lín Zé melihat ke luar jendela kabin.
Di cakrawala, di tengah lautan yang tenang, muncul sebuah bayangan hitam kecil yang bukan kapal, melainkan sebuah dermaga buatan manusia yang tersembunyi di balik formasi batu karang yang berbahaya.
Dermaga itu tampak seperti bagian dari pangkalan riset atau peninggalan militer kuno terlalu besar untuk sekadar tempat bersandar nelayan.
Keberuntungan Pasif (Hǎo Yùn Jiā Chí) telah bekerja lagi. Lín Zé tidak mencari pulau itu, tetapi pulau itu muncul di jalurnya.
Namun, Lín Zé ingat ancaman dari Pemburu Dimensi. Tempat tersembunyi seperti itu bisa jadi adalah markas musuh, atau tempat berlindung sempurna.
"Ini dia, 小晶," gumam Lín Zé, meraih kemudi.
Ia mengaktifkan Penyelarasan Arus dengan hati-hati, memandu perahu menuju bayangan gelap itu. "Kita akan mempertaruhkan nasib kita pada harta karun ini.
Kita akan mencari tahu apa yang kamu bawa, dan aku akan melindungimu."
Lín Zé, duda yang hanya ingin melarikan diri dari kesedihan, kini berlayar menuju bahaya yang ia sendiri panggil, membawa kunci nasib alam semesta.
konflik antara Fantasi Tinggi (bayi naga) dan dunia Manusia (markas militer/sains).
SISTEM MEMBUAT KAi FOKUS PADA KETEGANGAN PSIKOLOGIS LIN ZE DAN MANIFESTASI KEKUATAN PASIF 龙晶华 (Lóng Jīng Huá).
Pangkalan Peninggalan Laut (Hai Yí Jù Diǎn)
林泽 (Lín Zé) memarkir perahu Naga Laut di dermaga yang ditumbuhi lumut. Dari dekat, tempat itu adalah sisa-sisa Pangkalan Peninggalan Laut bangunan beton kusam yang setengah terkikis oleh air laut, ditinggalkan tetapi masih berfungsi.
Ia melihat dua sosok, mengenakan seragam biru tua dan membawa peralatan komunikasi, berjalan di antara bebatuan.
Mereka terlihat seperti pegawai sipil penjaga markas, bukan tentara.
Kekhawatiran Lín Zé meningkat tajam. Ia bukanlah orang yang terbiasa berinteraksi dengan otoritas atau orang berseragam.
Ia memandang 龙晶华 (Lóng Jīng Huá). Bayi itu baru saja bangun, berkedip tenang. 星魂石 (Xīng Hún Shí) di tangan bayi itu berdenyut terang, memancarkan cahaya ungu kebiruan yang sangat mencolok.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka melihat ini, 小晶," bisik Lín Zé, jantungnya berdebar kencang.
Lín Zé buru-buru mencari kain untuk menutupi Batu Jiwa Bintang. Ia mencoba melepaskan batu itu dari genggaman mungil Lóng Jīng Huá, tetapi batu itu terasa seperti terbuat dari tulang bayi itu sendiri, tidak bisa dipisahkan. Akhirnya, Lín Zé mengambil selendang bekas istrinya dan melilitkannya di tangan Lóng Jīng Huá.
Namun, lilitan selendang itu terlalu tipis.
Cahaya ungu kebiruan masih menembus, menampakkan kilauan yang tidak wajar.
Tabir Keberuntungan
Terlambat.
"Hei! Kapal! Siapa di sana?"
Dua penjaga itu seorang pria kurus dan wanita berambut dikuncir melangkah ke dermaga.
Wajah Lín Zé pucat pasi. Ia membayangkan mereka merampas Xiǎo Jīng, menanyainya tentang Huàn Hǎi Dǎo, atau menuduhnya menyelundupkan barang berbahaya.
Lín Zé berdiri di geladak, mengangkat kedua tangannya sedikit,isyarat menyerah sementara Lóng Jīng Huá berada di pelukannya, tangan kecilnya yang berbalut selendang menempel di bahunya.
"Kami hanya nelayan terdampar!" seru Lín Zé, suaranya sedikit gemetar.
Pria itu mendekat, matanya menyapu perahu dan Lín Zé. Lín Zé sudah gelagapan, menunggu pertanyaan tentang cahaya aneh dan berlian besar itu.
Namun, yang keluar dari mulut pria itu hanyalah: "Terdampar? Dari mana kau datang? Perahumu tidak terlihat rusak."
Lín Zé bingung. Mereka tidak bertanya tentang cahaya ungu?
Keajaiban Lóng Jīng Huá
Lín Zé melirik Lóng Jīng Huá. Tepat pada saat itu, bayi itu tertawa renyah suara yang begitu murni dan riang, seolah-olah ia sedang menonton lelucon pribadi.
Bersamaan dengan tawa itu, Lín Zé merasakan sensasi aneh seperti gelombang hangat yang menyebar dari bayi itu ke lingkungannya.
"Bayimu tampak bahagia," kata penjaga wanita itu, tersenyum tipis. "Oh, dia memegang sesuatu? Mainan?"
Lín Zé terkejut. Mereka benar-benar tidak melihatnya.
Lín Zé melihat ke bawah. Lilitan selendang itu masih tembus cahaya, cahaya ungu Xīng Hún Shí masih bersinar, tetapi bagi mata penjaga itu, kilauan itu tampaknya hanyalah pantulan dari sinar matahari.
"Ya... eh... mainan anak," jawab Lín Zé, suaranya tercekat.
Ia menyadari ini bukan hanya tawa; ini adalah manifestasi lain dari kekuatan Lóng Jīng Huá.
Jika kekuatan Lin ze Keberuntungan Menolong adalah mengarahkan keberuntungan fisik (Hǎo Yùn Jiā Chí), maka kekuatan Lóng Jīng Huá adalah Tabir Keberuntungan (Mí Yùn Wéi Mù) kemampuan pasif untuk membuat bahaya dan ancaman terabaikan oleh indra normal, termasuk Batu Jiwa Bintang yang ia bawa.
Penjaga pria itu hanya menghela napas. "Baiklah. Ikuti kami, Tuan... nelayan.
" Siapa nama anda?"
"Nama saya Lin ze"
" Baik Lin ze kami akan memanggil bantuan. Tempat ini tidak aman."
Lín Zé mengikuti, kakinya goyah karena ketegangan dan kelegaan. Ia tahu, berkat 小晶, ancaman fisik sudah berlalu.
Namun, kini ia harus menghadapi ancaman yang lebih berbahaya: kepercayaan dan kerahasiaan di tengah peradaban manusia.
Lín Zé dan Lóng Jīng Huá dibawa masuk ke markas dan bertemu dengan pemimpin atau ilmuwan yang mungkin tahu lebih banyak tentang hal-hal supranatural?
