Cherreads

Chapter 14 - ch 14: Bayangan yang bukan milik dunia ini

Perpustakaan bawah tanah itu tiba-tiba terasa lebih sempit, lebih dingin dan lebih berbahaya

Kael mengangkat kepala, berusaha menangkap suara samar yang baru saja terdengar dari sudut gelap ruangan—suara yang tidak mirip langkah, tidak mirip tarikan napas… tapi jelas bukan pantulan.

Ariane menatap ke Kael. "Kau dengar itu?"

Pemuda Valtherion dari timeline lain menjawab tanpa menoleh, sambil memeriksa bayangan di antara rak:

"Ya. Dan itu bukan tikus."

Kael menelan ludah. "Kau tahu apa itu?"

Pemuda itu mengangguk kecil. "Iya."

Ia memutar tubuh perlahan, postur berubah lebih waspada.

"Itu hal yang aku bilang barusan."

Kael mengepal. "The Reclaimer?"

Pemuda itu menggeleng.

"Kalau itu The Reclaimer asli, kita semua udah jadi debu bahkan sebelum sempat sadar. Ini…"

Ia memandang ke arah bayangan panjang yang bergeser pelan di antara rak-rak tinggi.

"…cuma serpihannya."

Ariane menegang. "Serpihan… maksudmu fragmentasi entitas? Kok bisa masuk ke sini?"

"Karena dia sedang nyari garis Valtherion. Dan—"

Sesuatu bergerak cepat di atas rak.

Suara cekrek halus terdengar, seperti struktur realitas yang retak sedikit.

"…dan kita bertiga lagi ngumpul di satu tempat."

Kael mencabut artefak pedangnya. "Apa itu berbahaya?"

Pemuda itu nyengir kecil. "Kalau kau tanya aku… seripihan ini udah cukup buat mecahin seluruh ruangan kalau dia mau."

Ariane menggerakkan tongkat sihirnya. "Kita harus pergi—"

Belum sempat ia selesai bicara—

SRET.

Bayangan itu turun.

Tidak melompat. Tidak jatuh.

Turun seperti kain hitam yang dilipat gravitasi berbeda—diam, namun menekan.

Kael mundur selangkah.

Ariane bersiap melepaskan mantra.

Namun yang paling terpaku adalah pemuda itu—yang datang dari timeline lain.

Ia mengenali bentuk itu.

Dan wajahnya langsung kehilangan semua warna.

"…oh, tidak."

Kael meliriknya. "Kau kenal?"

Pemuda itu mengangguk.

"Serpihan itu… dulu yang ngejar garis keturunanku."

Kael mengangkat pedang, menahan napas.

Bentuk itu akhirnya muncul jelas—meski masih samar seperti kabut.

Tubuhnya seperti bayangan yang patah-patah, tanpa tekstur.

Tidak punya wajah.

Tidak punya bentuk pasti.

Hanya siluet hitam yang bergetar halus, seperti diciptakan dari noise statis.

Di tengah tubuhnya, ada retakan putih—seperti keretakan pada kaca—yang berdetak pelan, membuka dan menutup.

Ariane berbisik gemetar:

"…itu bukan makhluk dunia ini."

Siluet itu bergerak.

Tanpa suara.

Tanpa jeda.

Tanpa fisika.

Ia muncul di belakang Kael dalam satu lompatan patah—seolah ruang dilipat dan direkat kembali.

Kael sempat menoleh, tapi terlalu lambat.

Cakar bayangan itu menyambar—

bukan tubuh Kael, melainkan bayangan Kael di lantai.

Bayangan Kael langsung terdistorsi… seperti ditarik keluar.

Kael terjatuh, tubuhnya melemas sejenak.

Ariane berteriak, "KAEL!!"

Pemuda dari timeline lain maju cepat, dan untuk pertama kalinya ia tidak bercanda lagi.

Ia menendang rak logam besar hingga terguling, memaksa bayangan itu melompat mundur. Bentuk gelap itu merayap ke dinding seperti tinta hitam yang mencari celah.

"Kael!" Pemuda itu menepuk wajah Kael, "Bangun! Kau keburu disedot sama serpihannya!"

Kael mengerang lemah. "Apa yang dia… ambil…?"

Pemuda itu menjawab cepat:

"Bukan tubuhmu. Bukan jiwamu."

Ia menatap retakan putih di tubuh bayangan itu.

"…dia berusaha mengambil eksistensimu. Potongan kecil dari keberadaanmu."

Ariane memucat. "Kalau itu berhasil—"

"Kael bakal mulai hilang dari dunia ini. Dari ingatan orang-orang. Dari sejarah."

Kael menggertakkan gigi, memaksa diri bangun. "Tidak mungkin aku biarkan itu."

Bayangan itu bergerak lagi—

melompat di antara rak, meninggalkan cacat visual setiap kali berpindah posisi.

Pemuda itu mengepalkan tangan.

"Aku bisa tahan dia sedikit. Tapi cuma sedikit."

Kael menatapnya. "Kalau ini serpihan… yang asli sekuat apa?"

Pemuda itu menghembuskan napas panjang.

"Yang asli?"

Ia menunjuk ke bayangan itu dengan wajah tegang.

"Kalau serpihan kecil ini aja udah bikin akademi megap-megap… yang asli bisa menghapus satu timeline penuh cuma dengan bernapas."

Ariane menggigit bibir. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"

Pemuda itu tersenyum miring. Tapi bukan senyum santai—lebih mirip orang yang sadar bahwa mereka semua mungkin akan mati.

"…kita bertiga harus ngusir serpihan ini sebelum dia manggil induknya."

Kael mengangkat pedang.

Ariane merapikan pegangan tongkat.

Pemuda itu mengepalkan tangan, energi biru mengalir pelan dari lengannya.

"Baik," Kael berkata perlahan, "kita lawan."

Tepat saat mereka siap menyerang—

Siluet itu berhenti bergerak.

Retakan putih di tubuhnya membesar sedikit.

Seolah merespons sesuatu.

Cahaya biru dari Core Eldran di ruangan inti—yang jauh di atas sana—bergetar pelan.

Dan untuk pertama kalinya…

bayangan itu mengeluarkan suara.

Bukan suara makhluk hidup.

Tapi suara seperti kalimat yang dirobek dari buku sejarah:

"…V a l t h e r i o n…"

Kael menegang.

Ariane memucat.

Dan pemuda itu menatap siluet itu dengan mata membesar sedikit.

"Jirrr…"

Ia mundur satu langkah.

"…dia nge-Lock kau."

Kael menegang. "Lock?"

Pemuda itu menoleh cepat padanya.

"Dia udah menetapkan kau sebagai target…

dan itu berarti kita enggak bisa lari lagi."

Bayangan itu bergerak.

Kali ini tanpa jeda.

Tanpa berhenti.

Tanpa aturan.

Dan pertempuran di perpustakaan gelap itu akhirnya dimulai.

More Chapters