Cherreads

Chapter 13 - ch 13: perpustakaan yang terlupakan

Koridor menuju sublevel terdalam Valtherion terasa jauh lebih dingin dibanding bagian akademi lainnya. Cahaya lampu redup, catatan kuno di dinding berdebu, dan udara membawa aroma logam lembap yang jarang terhirup oleh murid biasa.

Kael berjalan paling depan, ditemani Ariane dan pemuda Valtherion dari cabang lain yang terus berjalan santai meski luka di tubuhnya belum pulih benar.

Ariane memeriksa dinding kanan.

"Aku bahkan tak sadar akademi punya lorong ini."

Pemuda itu terkekeh pendek.

"Tentu nggak. Tempat kayak gini cuma kebuka buat garis Valtherion… atau orang yang mau nyulik mereka."

Ariane menatapnya tajam.

"Itu tidak lucu."

"Ya makanya aku nggak ketawa."

Kael mengabaikan keduanya. Matanya terpaku pada pintu masif di ujung lorong—logam hitam, dipenuhi ukiran Valtherion yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ketika mereka semakin dekat, ukiran itu perlahan menyala, merespons keberadaan Kael.

Pemuda itu bersiul pelan. "Nah, itu tandanya kau diakui sama yang jaga tempat ini."

Kael menyentuh permukaan pintu.

Rune bercahaya berkumpul, mengalir mengikuti garis telapak tangannya—lalu suara lembut seperti gema jauh terdengar:

"Valtherion… diizinkan masuk."

Pintu terbuka perlahan, mengeluarkan suara berat seperti bangunan kuno yang bangkit dari tidur panjang.

Ariane menahan napas. "Ini… perpustakaan bawah tanah?"

Tidak hanya perpustakaan.

Ruangan itu sangat luas——seperti katedral—dengan rak-rak raksasa yang membentang sampai ke gelapnya atap. Cahaya biru melayang-layang di udara, menerangi lembaran buku, gulungan, dan artefak kuno yang tersimpan rapih namun terlupakan.

Pemuda itu menepuk lengan Kael.

"Tempat ini… di timeline-ku udah nggak ada. Lenyap bareng Valtherion."

Kael melangkah masuk, rasa dingin merayap naik di punggungnya.

Ariane berjalan menyusuri rak-rak. "Seharusnya para guru tahu tentang tempat ini…"

"Tidak," pemuda itu memotong.

"Ini bukan perpustakaan biasa. Ini… Vault Records. Hanya Valtherion yang bisa membuka dan membaca semuanya."

Kael berhenti.

"Lalu apa yang harus kita cari?"

Pemuda itu mengangkat satu jari.

"Catatan tentang Symbol of Origin. Kalung warisan itu pasti tercatat di sini sebelum dihapus dari sejarah."

Kael mulai memeriksa rak pertama. Buku tua, sebagian rapuh, sebagian disegel dengan energi biru.

Ariane membantu, membaca label-label yang tertutup debu.

Beberapa menit berlalu—hening, hanya suara lembaran kertas.

Sampai akhirnya…

Pemuda itu berseru pelan. "Bro. Kayaknya aku nemu sesuatu."

Kael dan Ariane mendekat.

Di tangannya ada buku tebal, sampul hitam dengan emblem Valtherion yang hampir hilang.

Judule:

"Lineage Fragmentum — Rekaman Cacat Keturunan."

Kael mengernyit. "Rekaman cacat?"

Ariane memiringkan kepala. "Apa ini… catatan ketidaksempurnaan garis keturunan?"

Pemuda itu membuka halaman pertama.

Dan di sana…

Ada bagian yang dihitamkan penuh. Tidak dengan tinta—tetapi dengan bekas penghapusan temporal. Seolah halaman itu pernah ada, kemudian dicabut dari eksistensi.

Pemuda itu bersumpah kecil.

"Ya ampun… ini kerjaannya yang sama kayak di timeline-ku."

Kael menarik napas panjang.

"Apa masih ada yang bisa dibaca?"

Pemuda itu membalik halaman.

Satu paragraf tersisa.

Dan ketika Kael membaca tulisan itu, darahnya langsung terasa dingin.

"…warisan Valtherion generasi kelima disembunyikan untuk mencegah kedatangan entitas yang dikenal sebagai The Reclaimer."

Ariane menahan napas. "The… Reclaimer?"

Pemuda itu menatap Kael dengan wajah yang benar-benar serius—untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu.

"Di timeline-ku… itu nama yang menghapus semuanya."

Kael terpaku.

Pemuda itu menutup buku itu.

"Kabar buruknya," katanya pelan.

"Kalau nama itu udah muncul di timeline-mu…"

Ia menatap kegelapan ruangan, seolah sesuatu sedang mengintai di balik bayangan.

"…berarti The Reclaimer sudah masuk ke dunia ini."

Ariane menegang.

"Masuk? Maksudmu dia… sudah di sekitar kita?"

Pemuda itu mengangguk kecil, suaranya rendah.

"Begitu sesuatu yang terhapus di timeline lain muncul di timeline lain… artinya dia nyari target baru."

Kael mengepal.

"Aku."

"Yap." Pemuda itu memasukkan buku ke dalam tasnya.

"Dan kalau dia datang… kita cuma punya dua pilihan."

Ia menatap Kael dengan tatapan tajam.

"Lari."

"…atau lawan sesuatu yang bahkan timeline nggak bisa bertahan melawannya."

Keheningan menghantam mereka.

Dan dari sudut perpustakaan yang gelap—

seperti ada sesuatu yang bergerak pelan.

Sesuatu yang menonton mereka.

Sesuatu yang menunggu.

More Chapters