---
🔥 CHAPTER 99 —
"Hana vs Para Eksekutor, Rex Mengamuk, & Detik-Detik Kebangkitan Damien"
Tone: tegang – emosional – brutal – heroik – comedy Rex
---
🌑 ADEGAN 1 — Rex dan Hana Berdiri di Depan Kematian
Angin hutan terhenti.
Tiga eksekutor bertudung hitam berdiri di cabang pohon seperti mayat hidup, aura pembunuhnya membuat tanah retak.
Level kekuatan mereka bisa dirasakan hanya dari tekanan:
Eksekutor 1 → Essence Flow 7
Eksekutor 2 → Essence Flow 6
Eksekutor 3 → Essence Flow 5
Jauh… jauh di atas Hana & Rex.
Hana berdiri paling depan, tubuh bergetar tapi mata tajam.
Rex menghunus dua pedang pendeknya.
Rex: "Sayang… kalau kita mati malam ini… ingat bahwa aku cinta kamu."
Hana: "Rex… diam. Fokus."
Rex: "Boleh pegang tangan kamu?"
Hana: "TIDAK."
Rex: "…yaudah."
Namun Rex tetap bergerak ke samping Hana, melindunginya dari arah kiri.
Salah satu eksekutor menuruni pohon perlahan, langkahnya seperti tik-tik jam kematian.
Eksekutor 1: "Biarkan aku mengurus bocah laki-laki itu. Ambil gadisnya."
Eksekutor 2 dan 3 mengangguk dan menghilang dari pandangan.
Hana: "Rex! Mereka bergerak!"
Rex: "AKU TAU! Tapi mataku nggak sekencang mulutku!"
---
❄️ ADEGAN 2 — Pertarungan Dimulai
BLAARRR!!
Eksekutor 2 langsung mengayunkan pedang gelap ke arah Hana.
Hana memblokir dengan belati, tubuhnya terpental jauh dan menghantam tanah.
Rex menjerit: "HANAAA!!"
Eksekutor 1 muncul di belakang Rex secara tiba-tiba.
Eksekutor 1: "Bocah laki-laki dulu."
Rex melompat sambil mutar, pedangnya menyala merah.
Rex: "JANGAN SENGGOL PACAR AKU!!"
Benturan terjadi.
PRANG!!
Rex terlempar 15 meter, darah keluar dari hidung dan mulut—tapi dia berdiri lagi.
Rex: "Kekuatan lu nggak sopan banget, bang."
Eksekutor itu menatapnya tanpa emosi.
Eksekutor 1: "Kau jelas bukan target utama."
Rex mencengkeram pedangnya, tangan gemetar.
Rex: "Ya… tapi aku cowok yang bakal mati duluan kalau kabur."
Hana berdarah dari lengan, tapi ia kembali berdiri di depan Damien yang masih tidak berdaya.
Hana: "Tidak ada… yang menyentuh Damien… selama aku masih hidup."
Eksekutor 2 menatap Hana seperti melihat serangga.
Eksekutor 2: "Essence Flow tingkat 1? Tidak ada gunanya."
---
🌕 ADEGAN 3 — Hana Mengaktifkan Rahasianya (Pertama Kalinya)
Hana memejamkan mata.
Tangan kirinya bergetar.
Lalu…
BLAARRRRR—!!!
Aura ungu gelap tiba-tiba keluar dari tubuhnya—berbeda dari energi normal.
Rex melongo: "SA… SAYANG?! Itu apaan?! Kau berubah jadi lembayung galak?!"
Hana tidak menjawab.
Belatinya menjadi hitam keunguan, retak-retak seperti diselimuti kutukan.
Eksekutor 2 mata melebar.
Eksekutor 2: "Itu… Forbidden Vein? Mana mungkin bocah sepertimu—"
Terlambat.
Hana menghilang.
SLASH!
Garis luka muncul di bahu eksekutor meski ia sempat menahan.
Eksekutor 2 mengerang. "Itu… bukan kekuatan Essence Flow biasa…"
Hana membuka mata—warna ungu gelap bersinar.
Hana: "Aku bilang… jangan DEKAT dengan Damien."
Aura itu jelas merusak tubuhnya, karena setiap kali ia bergerak, darah menetes dari sudut bibirnya.
Rex panik.
Rex: "Han… itu teknik yang ngerusak tubuhmu! Jangan pakai sembarangan!"
Hana: "Kalau aku tidak pakai… kita semua mati."
---
🌑 ADEGAN 4 — Rex Masuk Mode Gila
Rex memutar pedangnya, tubuhnya diselimuti api merah pekat.
Rex punya talenta rendah… tapi tekadnya tidak.
Rex: "Damien sudah selamatkan aku terlalu banyak…"
Ia menatap Hana.
Rex: "Kamu juga."
Rex menurunkan pusat gravitasinya.
Rex: "Sekarang giliran aku jadi laki-laki beneran."
Eksekutor 1 menyerang lagi, cepat seperti kilat.
Namun Rex memblokir—
CLANGG!!
Kedua pedangnya patah.
Tapi ia tetap berdiri.
Rex: "Gue udah latihan tiap malam… demi bisa jagain kalian… walau cuma sedikit."
Eksekutor 1 memandang Rex seperti sampah.
Eksekutor 1: "Lemah."
Rex tersenyum.
Rex: "Tapi aku… nggak kabur."
Kemudian Rex memukul wajah eksekutor itu dengan kepalan api.
BOOOM!!
Efeknya kecil, tapi cukup untuk membuat eksekutor itu mundur setengah langkah.
Eksekutor 1: "…Berani juga kau, bocah."
Rex: "Lebih dari berani. Aku pacarnya Hana."
Hana: "REX!! Fokus!"
---
🌕🔥 ADEGAN 5 — RED MOON Bereaksi
Di tengah kekacauan…
Aura misterius di tubuh Damien mulai berdenyut.
DUG. DUG. DUG.
Akar pohon retak.
Udara bergetar.
Rex langsung panik.
Rex: "OI—ITU TUBUH DAMIEN KENAPA KAYAK BOM WAKTU?!"
Hana: "Itu… bukan buruk. Red Moon-nya… membalas…"
Aura merah gelap menyebar dari tubuh Damien seperti darah yang membara.
Eksekutor 3 yang mencoba masuk ke area Damien langsung terhempas.
Eksekutor 3: "Apa… ini?!"
Hana mendekat ke Damien.
Hana: "Damien… dengar aku… bangunlah… atau kami mati…"
Aura Damien semakin liar.
Mata Damien—yang tertutup—mulai bergerak cepat di bawah kelopak.
---
🌙 ADEGAN 6 — Detik-Detik Kebangkitan Damien
Eksekutor 1, 2, dan 3 mulai membentuk formasi untuk serangan gabungan.
Eksekutor 1: "Cukup bermain."
Eksekutor 2: "Bunuh bocah laki-laki itu dulu."
Eksekutor 3: "Ambil gadisnya."
Hana dan Rex berdiri berdua.
Hana setengah mati.
Rex tangan gemetar dan patah.
Namun keduanya tidak mundur.
Hana: "Rex… kalau kita mati… terima kasih sudah bersamaku."
Rex menoleh perlahan.
Rex: "Aku nggak mau mati sebelum nikah sama kamu."
Hana memerah marah: "REX!! Sekarang bukan waktunya—"
Namun suara getaran keras memotong kalimat itu.
DUAAAAARRR!!
Aura merah Damien memancar ke langit.
Akar-akar pohon bergetar.
Tanah hancur dalam radius 5 meter.
Eksekutor 1 berseru: "Tahan energinya! Dia akan—"
Semua berhenti bergerak.
Tubuh Damien perlahan bangkit…
Meski matanya masih tertutup.
---
🔥 Damien membuka mata.
Dan warna matanya…
bukan lagi merah.
Bukan hitam.
Bukan emas.
Tapi kombinasi keduanya—
seperti mata dewa yang baru bangkit.
Damien:
"—Siapa… yang berani menyentuh mereka?"
---
🔥 END CHAPTER 99 🔥
