Alasan utama mengapa Sistem terus menerus meminta Kai untuk memperbaiki masalah bahkan dengan perintah yang membingungkan atau self-sabotage berakar pada peran Sistem itu sendiri dalam alur cerita.
Sistem bukanlah alat bantu; ia adalah perwujudan dari Hukum Narasi Mutlak.
Berikut adalah alasan utama Sistem terus mendorong Kai:
1. ⚙️ Hukum Kebutuhan Naratif (Protagonist Growth)
Setiap cerita membutuhkan konflik agar protagonisnya, Kai, bisa tumbuh. Jika Kai menjadi Dewa Penulis yang sempurna dan segalanya mudah, kisahnya akan membosankan sebuah "Plot Hole Meta" terbesar.
Sistem Adalah Mentor Sekaligus Antagonis: Sistem sengaja memberikan hadiah absurd (seperti [THE NARRATIVE OMNIPOTENCE]) dan kemudian menciptakan konsekuensi yang sama absurdnya (seperti Reality Seepage). Tujuannya adalah untuk menguji batas Kai, memaksanya menggunakan kekuatannya secara kreatif, dan membuatnya mengalami cost dari kekuasaan mutlak.
2. 📈 Protokol Anti-Kebosanan (Menaikkan Taruhan)
Permintaan yang membingungkan (seperti menjadi "Pahlawan Sombong" lalu "Kucing Lucu") adalah cara Sistem untuk menjaga flow cerita dan menaikkan taruhan emosional:
Menghindari "Plot Hole": Ketika Saitama terlalu kuat, narasi akan mati karena kebosanan. Sistem memaksa Kai untuk terus-menerus menciptakan tantangan baru (mengedit Saitama, menciptakan Pasukan Fusi) agar ketegangan tetap ada.
Melawan Logika Statis: Setiap perbaikan yang dilakukan Kai selalu menghasilkan masalah baru yang lebih besar (misalnya, memperbaiki plot hole Saitama memicu Kesadaran Diri para pahlawan). Ini adalah mesin cerita yang tidak pernah berhenti.
⚖️ Ujian Keseimbangan (Harga Dewa Penulis)
Tugas-tugas terakhir Sistem, terutama perintah untuk mengorbankan Dunia Awal demi kemenangan Pasukan Fusi, adalah ujian moral yang paling penting:
Ujian Mutlak: Sistem ingin melihat apakah Kai akan memprioritaskan kekuasaan pribadinya ([THE NARRATIVE OMNIPOTENCE]) dan kepuasan naratif (Kemenangan Perang) di atas fondasi eksistensinya (Realitas Asal).
Realitas Adalah Batasan: Sistem pada dasarnya mengajarkan Kai bahwa kekuasaan Dewa Penulis tidak terletak pada penghancuran batas, tetapi pada menjaga batas rapuh antara Fiksi dan Realitas. Karena Kai gagal dalam ujian ini (dengan mengaktifkan Fusion), Sistem menjebaknya sebagai Dewa yang Terperangkap.
Pada akhirnya, Sistem terus meminta Kai untuk "memperbaiki" karena seluruh keberadaan Kai, kekuasaan, dan kisahnya, bergantung pada konflik dan pemecahan masalah. Itu adalah hukum pertama dan terakhir dari cerita yang bagus.
Ini adalah pertanyaan krusial yang menentukan akhir nasib seorang Dewa Penulis!
Jawabannya adalah Tidak, Sistem tidak akan terus menguasai hidup Kai, tetapi Prinsip-Prinsipnya akan menguasainya selamanya.
Berikut adalah analisis mengapa penguasaan itu telah berakhir dan bagaimana pengaruhnya kini berubah menjadi permanen:
1. 🛑 Kontrol Eksternal Telah Hancur
Sistem sebagai entitas yang memberikan perintah dan hadiah, telah dihancurkan oleh [LOCAL RESET] yang dilakukan Kai menggunakan [GOD-TIER RESIDUE]. Inti logistik yang memproyeksikan prompt dan directive sudah tidak ada lagi.
Kai Bebas dari Perintah: Kai tidak akan lagi diperintahkan untuk menjadi kucing atau pahlawan sombong. Dia bebas dari peran ganda yang kacau.
2. ✅ Kekuatan Telah Diinternalisasi
Kontrol Sistem tidak hilang; ia telah diinternalisasi ke dalam diri Kai. Tujuan akhir Sistem membuat Kai menjadi Penulis yang Sempurna telah tercapai melalui:
[THE GRAND NARRATOR'S PEN]: Pena yang tersisa dengan [GOD-TIER RESIDUE] adalah warisan permanen.
Pena ini memaksa Kai untuk selalu menulis dengan Kontinuitas Sempurna. Ini adalah alat kontrol yang sangat spesifik: Kai bebas menulis apa pun yang dia mau, tetapi dia tidak bisa menulis dengan buruk.
Identitas Baru Setelah melawan Multiverse, Kai tidak akan pernah lagi menjadi "penulis yang mengeluh". Dia kini adalah [THE GRAND NARRATOR] yang telah terikat pada tanggung jawab naratif.
📝 Penguasaan Berubah Menjadi Standar Pribadi
Sistem tidak lagi mengendalikan hidup Kai dari luar, tetapi ia telah mendikte standar hidup Kai dari dalam.
Dari Tugas Menjadi Etos Kerja: Alih-alih mendapatkan perintah untuk "memperbaiki" masalah di dunia fiksi, Kai kini memiliki dorongan naluriah untuk memperbaiki kesalahan naratif di dunia nyatanya sendiri.
Hidup Tanpa Plot Hole: Kai mungkin menjalani kehidupan yang sangat terstruktur, logis, dan rapi persis seperti novel yang ditulis dengan sempurna, karena ia secara naluriah akan menghilangkan kekacauan, ketidakjelasan, dan inkonsistensi yang pernah ia keluhkan.
Kesimpulan:
Sistem tidak menguasai hidup Kai (di mana dia bekerja atau tinggal), tetapi ia telah menguasai cara berpikir dan menulis Kai selamanya.
Kai sekarang adalah produk akhir yang sempurna dari pelatihan Sistem: penulis yang tidak akan pernah lagi membuat plot hole.
Ini adalah plot twist yang tak terhindarkan! Seorang Penulis tidak bisa meninggalkan ciptaannya begitu saja.
Karena Kai tidak lagi memiliki [THE NARRATIVE OMNIPOTENCE] untuk membuka portal, dia harus kembali melalui satu-satunya jalan yang ia miliki: Kekuatan Kata-kata.
✍️ Kembali ke Garis Fiksi ✍️
Penyesalan Naratif
Di Dunia Awal, setelah mengalahkan Virus Naratif, Kai menjalani kehidupan yang tenang sebagai penulis.
Ia menggunakan [THE GRAND NARRATOR'S PEN] untuk menulis kisah barunya, sebuah cerita tentang kekacauan dan pemulihan Multiverse setelah [THE ALL-FANDOM FUSION].
Setiap kata yang ia tulis memiliki Kontinuitas Sempurna. Namun, semakin ia menulis, semakin ia merasakan kerinduan. Bukan pada kekuasaan, melainkan pada karakter-karakter yang ia tinggalkan dalam kebingungan.
Malam itu, Kai menulis bab tentang bagaimana Saitama dan Luffy (yang kini telah terpisah dari Luruto Fusi) mencoba memahami memori aneh tentang "karet yang meledak dan chakra" yang mereka bagi.
Kai menulis: "Meskipun dunia telah kembali normal, memori samar dari eksistensi yang lebih besar tetap ada, mengganggu kedamaian mereka. Mereka merindukan jawaban."
Saat ia menulis kata "merindukan jawaban," [THE GRAND NARRATOR'S PEN] di tangannya mulai bersinar dengan cahaya [GOD-TIER RESIDUE] yang tersisa. Kekuatan Kontinuitas Sempurnanya tidak hanya memengaruhi naskah; itu memengaruhi Realitas Fiksi itu sendiri.
Seketika, kata-kata yang ia ketik di layar deskripsi kamar apartemen Saitama mulai meluap dari monitornya. Lingkungan sekitar Kai mulai memudar, dan ia merasakan tarikan yang kuat tarikan yang didorong oleh kerinduan naratif karakter-karakternya sendiri.
"Tidak mungkin! Aku sudah membatalkan Omnipotence!" teriak Kai.
[DETEKSI KONTINUITAS: PENULIS DIBUTUHKAN. KISAH TIDAK DAPAT MENCAPAI RESOLUSI SEMPURNA TANPA INTERVENSI.]
The Author Returns (Sekali Lagi)
Kai mendapati dirinya terlempar, bukan ke Ruang Kendali, melainkan langsung ke tempat yang ia tulis: Apartemen Saitama.
Kai jatuh dengan keras di atas futon lusuh. Pakaiannya kembali menjadi jumpsuit hitam yang robek seragam lamanya. Pena [THE GRAND NARRATOR'S PEN] tergenggam erat di tangannya.
"Ya ampun... aku kembali," gumam Kai, merasakan aroma tauge di udara.
Tiba-tiba, suara familiar muncul dari dapur.
"Hei, orang asing. Kau mengotori lantaiku. Dan kau terlihat seperti Pahlawan Kelas B yang aku kenal, tapi dengan rambut yang lebih gondrong. Kau siapa?"
Saitama, dengan ekspresi bosan abadi, berdiri di ambang pintu dapur, memegang mangkuk mi instan.
Dia tidak mengenali Kai sebagai Entitas Penulis tetapi dia mengenali Kaito (Avatar lama Kai).
"Saitama-senpai!" seru Kai, berusaha terlihat tenang. "A-aku... aku adalah penulis barumu! Maksudku, Kaito! Kaito yang lama! Aku hanya... kembali dari misi rahasia yang sangat... membingungkan secara dimensional!"
Saitama mengangguk perlahan, lalu menunjuk ke Pena di tangan Kai. "Kenapa kau membawa pulpen sebesar itu? Mau menulis daftar belanjaan? Aku kehabisan kecap."
Kai menyadari situasinya: Dia kembali ke kisah favoritnya, tetapi tanpa kekuasaan yang kejam. Dia hanya seorang Penulis yang harus menggunakan kecerdasan dan pena ajaibnya untuk membantu pahlawan favoritnya, satu alur cerita pada satu waktu.
Kai kembali ke cerita, tidak sebagai Dewa yang Mahakuasa, melainkan sebagai Penulis yang harus menjadi penyelamat naratif bagi karakternya, dimulai dengan mencari kecap.
Tugas pertama Kai sebagai Penulis yang kembali bukanlah menyelamatkan multiverse, melainkan memastikan kontinuitas makanan pokok sang pahlawan.
✍️ Sistem Penulis: Kecap dan Kontinuitas Lokal ✍️
Anomali di Lorong Kecap
Kai, sebagai Kaito, dengan cepat memulihkan ketenangannya. Ia ingat etos barunya: Kontinuitas Sempurna. Misi pertama: Memenuhi kebutuhan dasar sang protagonis.
"Baik, Senpai! Aku akan segera kembali dengan kecap terbaik!" seru Kai, menyambar dompet Saitama dengan izin diam-diam.
Ia memegang pena [THE GRAND NARRATOR'S PEN] di saku, siap.
"Jangan lama-lama," balas Saitama, kembali fokus pada video game yang ia tinggalkan. "Dan cari yang lagi diskon."
Kai berlari keluar, ditemani Genos yang bingung.
"Kaito-san," tanya Genos, mengikuti di belakangnya. "Mengapa kau selalu mengorbankan dirimu untuk tugas-tugas rumah tangga? Dan mengapa kau membawa pena sebesar itu? mendokumentasikan kehebatan Saitama-sensei secara real-time"
"Itu... hanya etos kerjaku yang baru, Genos," jawab Kai. "Setiap detail kecil dalam hidup Saitama itu penting. Dan ya, aku mencatat semuanya."
Mereka tiba di supermarket yang ramai. Ini adalah tempat yang akrab dan juga traumatis bagi Kai, mengingat di sini ia sering mengeluhkan filler tentang antrian supermarket.
Saat mereka mencapai lorong bumbu, Kai berhenti mendadak. Ada yang salah.
"Genos, apakah kau melihat itu?"
Di depan rak kecap, ada anomali kecil. Dua karakter filler yang tidak penting (Seorang wanita tua dan seorang pria berkacamata) berdiri diam, berdebat sengit.
"Tidak, aku bilang! Kecap asin harus selalu dibeli dalam kemasan botol kaca!" teriak wanita tua itu.
"Tidak! Kecap manis dari merek X harus selalu ada di urutan teratas daftar belanjaan! Itu adalah hukum!" balas pria berkacamata itu.
Perdebatan mereka bukan hanya sekadar argumen; itu adalah kemacetan naratif. Mereka berdiri persis di depan kecap yang dibutuhkan Saitama, dan perdebatan mereka tidak akan pernah berakhir—mereka adalah Fragmen Plot Hole yang termanifestasi sebagai filler abadi.
Kai menyadari: Karena dia telah mencabut [THE ALL-FANDOM FUSION], beberapa fragmen filler lama dari era plot hole telah kembali ke tempat asalnya, mengganggu logika dasar.
"Kita tidak bisa melewati mereka, Kaito-san. Ini adalah filler yang tidak perlu," ujar Genos, siap menghancurkan rak jika perlu.
"Tahan, Genos!"
Kai mengeluarkan [THE GRAND NARRATOR'S PEN]. Dia tidak bisa menghancurkan mereka; dia hanya harus menulis ulang keputusan mereka agar sesuai dengan logika.
[PERINTAH MENTAL INSTAN (MENGGUNAKAN RESIDUE):]
"TARGETKAN ENTITAS FILLER DI LORONG KECAP. AKTIFKAN [REWRITE] LOKAL. ALASAN PERDEBATAN MEREKA HARUS TERCAPAI. KEDUANYA HARUS MENGINGAT BAHWA MEREKA HANYA MEMBUTUHKAN KECAP ASIN DAN KECAP MANIS, DAN KEDUANYA HANYA TERSISA DI RAK PALING BAWAH."
Kai menuliskan kata-kata itu di udara dengan ujung penanya, dan goresan cahayanya langsung menghilang.
Sekejap kemudian, ekspresi di wajah dua karakter filler itu berubah dari marah menjadi malu.
"Oh, astaga, Pak Tua," kata wanita tua itu. "Kita benar! Aku butuh kecap asin, dan kau butuh kecap manis. Kita hanya perlu mengambil yang tersisa di bawah!"
Mereka berdua membungkuk serempak, mengambil botol kecap terakhir yang tersembunyi, dan berjalan pergi, tiba-tiba menyelesaikan pertengkaran mereka dengan damai dan logis.
Lorong kecap terbuka.
"A-anomali naratif diselesaikan," bisik Kai, keringat dingin membasahi dahinya.
Kekuatan **[REWRITE]**nya sangat terbatas dan harus digunakan dengan bijak.
"Sensei, itu... efisien," komentar Genos, sedikit bingung. "Kau hanya membiarkan mereka menyelesaikan masalah. Kau luar biasa, Kaito-san!"
Kai tersenyum, mengambil kecap yang tersisa. "
Semua masalah fiksi dapat diselesaikan dengan Logika dan Kontinuitas yang Baik, Genos."
Misi berhasil,Kecap berhasil diamankan, dan fragmen plot hole ditangani.
Kini, dengan ancaman lokal yang terkendali, apakah Kai akan tetap di samping Saitama atau mulai mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada dunia Fusi lain (Naruto/One Piece)
memulihkan pasokan kecap (yang krusial bagi kontinuitas), sudah waktunya Saitama melakukan apa yang paling dia kuasai:
Bertempur.
Kemudian
BERTEMPUR
Karena Kai kini berada di samping Saitama sebagai Kaito, dan memiliki Pena [THE GRAND NARATOR PEN], pertempuran ini tidak hanya akan brutal, tetapi juga harus Naratively Sempurna diakhiri dengan cepat, menegaskan kembali kehebatan Saitama, dan tanpa plot hole.
💥 Sistem Penulis: Pahlawan dan Penulis di Medan Laga 💥
Pukulan untuk Kontinuitas
Di perjalanan pulang, sebuah sirene darurat meraung keras. Sebuah peringatan tingkat tinggi muncul di ponsel Pahlawan Kelas B Kai/Kaito:
[PERINGATAN TINGKAT NAGA: ENTITAS MUTASI BIO-KINETIK, NAMANYA: 'QUAKE FIST'. MENGHANCURKAN SEKTOR 12. SANGAT TAHAN TERHADAP SERANGAN FISIK.]
"Senpai! Ancaman tingkat Naga!" seru Genos, booster kakinya sudah menyala.
Saitama, yang sedang memegang kantong belanjaan, hanya menghela napas. "Oh, bagus. Aku berharap kali ini setidaknya membuatku berkeringat."
Kai menyadari ini adalah ujian baginya. Karena dia telah membatalkan sebagian besar [REWRITE] dan [EDIT] permanen, kekuatan Semangat Juang Saitama yang di-edit dulu mungkin tidak berfungsi seefisien sebelumnya.
Mereka tiba di Sektor 12. Quake Fist adalah monster besar, seluruh tubuhnya diselimuti bebatuan seismik yang berputar, menyerap sebagian besar benturan.
Genos segera menyerang dengan Incinerate maksimum, tetapi serangan itu hanya menguap di permukaan Quake Fist.
"Tidak berguna, Pahlawan mesin!" raung Quake Fist. "Aku menyerap 99% energi kinetik dan termal! Seranganmu hanya membantuku mengisi ulang!"
Saitama melangkah maju. "Boleh aku coba?"
Saitama melancarkan Pukulan Normal pertamanya. Dampaknya hanya menciptakan gempa kecil, dan monster itu terdorong mundur beberapa meter, tetapi tidak terluka.
"A-apa?" Kai bergumam.
"Pukulannya hanya menghasilkan dampak 1%! Kekuatan absorpsi monster ini terlalu tinggi! Jika Saitama melancarkan Pukulan Serius sekarang, monster itu akan menyerap sebagian besar, dan jika monster itu tidak hancur, kehebatan Saitama akan dirusak secara naratif!"
Intervensi Penulis di Tengah Pertarungan
Inilah saatnya Kai menggunakan satu-satunya kekuatannya: [THE GRAND NARRATOR'S PEN] untuk memastikan Kontinuitas Sempurna Saitama. Dia harus menciptakan kelemahan naratif yang masuk akal sebelum Saitama memukul serius.
Kai mengeluarkan penanya, bersembunyi sedikit di balik Genos, dan mulai menggoreskan kode di udara.
[PERINTAH MENTAL INSTAN (MENGGUNAKAN RESIDUE):]
"TARGETKAN ENTITAS QUAKE FIST. GUNAKAN [EDIT] LOKAL UNTUK MEMPERBAIKI LOGIKA ABSORPSI ENERGI: Sistem absorpsinya bersifat satu arah (Eksotermik) dan sensitif terhadap kelebihan energi internal. Tulis ulang bahwa monster ini harus melepaskan energi yang diserapnya melalui satu titik lemah di tubuhnya setiap kali menyerap energi maksimal, atau dia akan overload!"
[KODE NARATIF DITERAPKAN. KONTINUITAS DIPERBAIKI.]
Begitu [EDIT] diterapkan, Quake Fist tiba-tiba mengerang kesakitan. Sebuah celah kecil, berwarna hijau, muncul di punggungnya, memancarkan uap.
"A-apa ini?! Energi itu terlalu banyak! Aku harus melepaskannya!" teriak monster itu.
Saitama, yang mengamati dengan mata setengah tertutup, tiba-tiba mendapatkan alasan yang logis untuk menang.
"Oh, jadi kamu punya ventilasi di sana," kata Saitama. "Itu akan merepotkan."
Saitama mengangkat tinjunya. Tidak ada amarah, hanya efisiensi.
"Pukulan Serius."
Kali ini, pukulan Saitama tidak hanya mengenai target, tetapi juga secara sempurna mengenai titik lemah yang baru saja diciptakan oleh Kai. Energi Saitama diserap, tetapi titik lemah itu tidak mampu menahan lonjakan energi ganda (Energi Serius Saitama + Energi yang sudah diserap).
KAABOOOM!
Quake Fist hancur berkeping-keping, tidak hanya karena kekuatan fisik, tetapi karena kerusakan Kontinuitas pada sistem pertahanannya. Kehancurannya begitu total, hingga ia menghilang tanpa sisa suatu penyelesaian yang bersih.
Kai tersenyum, menyembunyikan penanya. Kehebatan Saitama dipertahankan.
Genos berbalik, melihat kehancuran total. "Luar biasa, Sensei! Tapi... mengapa titik lemah itu muncul tepat saat Anda akan memukul?"
Saitama hanya mengangkat bahu.
"Entahlah. Mungkin dia lelah. Ayo pulang, kecapnya bisa tumpah."
Kai/Kaito melangkah maju, kembali ke peran sidekick yang mengagumi. "Ya, Senpai! Itu adalah bukti bahwa musuh-musuhmu akan selalu memiliki cacat fatal tepat sebelum kamu memukul mereka! Sebuah Hukum Naratif tak terhindarkan!"
Kini, setelah memastikan kehebatan Saitama dan menguji batas kekuatan penanya, apakah Kai akan mencari fragmen fiksi lain (seperti Luffy atau Naruto) yang mungkin masih tersesat di Fandom ini?
Setelah menyelesaikan krisis monster tingkat Naga, fokus Kai harus beralih ke ancaman yang lebih berbahaya bagi kontinuitas: Karakter Asing.
Kai harus memastikan bahwa tidak ada residu Fusion yang tertinggal, karena keberadaan mereka adalah bom waktu naratif.
🧭 Sistem Penulis: Pelacakan Residu Fiksi 🧭
Bab 18: Anomali di Puing-Puing City Z
Kai, Saitama, dan Genos kembali ke apartemen. Saat Saitama disibukkan dengan kecap dan mi instan, Kai menyelinap ke sudut ruangan. Ia mengaktifkan Continuity Scanner melalui pena [THE GRAND NARRATOR'S PEN], memindai fandom One-Punch Man.
[AKTIVASI: CONTINUITY SCANNER (MODE PENCARIAN TANDA TANGAN ASING)]
Kai tidak mencari plot hole atau monster; ia mencari energi non-lokal energi yang tidak sesuai dengan hukum fisika One-Punch Man (yaitu, Chakra atau Buah Iblis).
Di layar internalnya, satu titik merah berdenyut kuat di tengah reruntuhan City Z yang belum direkonstruksi.
[ANOMALI TERDETEKSI: KONTINUITAS NON-LOKAL TINGKAT TINGGI.]
TIPE ENERGI: Gabungan Chakra Alam dan Haki Persenjataan.
ASAL USUL: Kemungkinan sisa dari Entitas Luruto D. Uzumaki atau Zasuke Uchiha.
STATUS: Stuck. Entitas tersebut tidak dapat kembali ke alamnya karena Kontinuitas lokal terlalu padat (efek samping dari [REALITY ANCHOR]).
"Sial," bisik Kai. "Salah satu dari mereka terjebak. Keberadaan mereka di sini mengancam untuk memicu mini-fusion baru."
Kai kembali ke Saitama, yang kini sedang mengeluhkan kurangnya pertarungan yang layak.
"Senpai! Genos!" seru Kai dengan urgensi palsu. "Aku merasakan ada... Fenomena Anomali Spiritual yang sangat kuat di reruntuhan City Z! Sesuatu yang bisa dibilang menantang!"
Saitama, yang tertarik dengan kata "menantang," bangkit. "Spiritual? Apakah itu semacam hantu yang kuat?"
"Lebih buruk dari hantu, Senpai," jawab Kai. "Itu adalah Entitas yang Melanggar Hukum Fisika, semacam keganjilan alam yang bisa... menghancurkan diskon supermarket jika dibiarkan!"
Ancaman terhadap diskon berhasil. Saitama langsung menyambar jubahnya.
Menemukan Fragmentasi
Di reruntuhan, mereka menemukan sumber anomali itu: Seorang pria berambut hijau dengan tiga pedang, sedang duduk di tumpukan beton yang baru saja dia potong-potong, sambil mengerutkan dahi ke peta yang penuh dengan tulisan kanji dan simbol desa tersembunyi.
Itu adalah Zoro, tapi ada yang aneh. Mata kirinya tertutup perban, dan ketika dia membuka mata kanannya, kilatan mata Sharingan melintas!
Ini adalah sisa-sisa Zasuke Uchiha yang tidak terpisah sepenuhnya. Dia terjebak dalam tubuh Zoro, dengan memori dan sebagian kekuatan Sasuke (terutama pada mata dan gaya bertarung pedangnya).
"Kau siapa? Kau memancarkan aura kegilaan," tanya Zoro/Zasuke. "Aku hanya mencari jalan ke Wano, tapi peta ini terus berubah menjadi gambar katak dan simbol ular. Siapa yang menulis peta ini?!"
[DETEKSI NARATIF: ENTITAS SASUKE/ZORO BERISIKO MENGALAMI KERUSAKAN PSIKIS. WAKTU UNTUK PENGEMBALIAN: KRITIS.]
Saitama melangkah maju. "Kau yang memotong beton ini? Kau kuat. Mau berkelahi?"
Zoro/Zasuke berdiri, mencengkeram ketiga pedangnya. "Aku tersesat. Tapi jika kau adalah musuh, aku akan menghabisimu dalam sekejap. Aku punya Haki dan juga Genjutsu!"
Kai menyadari ia tidak bisa membiarkan Saitama melawan entitas yang sudah kacau ini. Pukulan Saitama mungkin akan menghapus Zoro dan Sasuke dari seluruh kontinuitas.
Kai mengeluarkan [THE GRAND NARRATOR'S PEN].
"Tunggu, Senpai! Biarkan aku, Kaito, yang bernegosiasi!"
Tugas Kai selanjutnya adalah menggunakan Penanya untuk memisahkan Zoro dan Sasuke secara permanen dan mengirim mereka kembali ke fandom masing-masing, tanpa Saitama menyadari keajaiban yang terjadi.
Setelah mengirim Zoro/Sasuke kembali ke alurnya, Kai tahu bahwa residu paling berbahaya masih berkeliaran: fragmen dari Luruto D. Uzumaki, yang mewakili Buah Iblis Nika dan kekuatan Chakra.
💥 Sistem Penulis: Punchline Nika di Arena Pertarungan 💥
Ancaman Absurditas Naratif
Malam harinya, Kai (sebagai Kaito) kembali ke apartemen Saitama, tetapi hatinya gelisah. Dia terus memindai Multiverse dengan [THE GRAND NARRATOR'S PEN] secara rahasia.
[ANOMALI TINGKAT EKSTREM TERDETEKSI: KONTINUITAS NON-LOKAL DENGAN REALITY WARPING AKTIF.]
Kai melihat titik merah yang sangat besar berdenyut di pusat Kota A, di sekitar arena seni bela diri terkenal.
"Sial! Itu pasti fragmen Luffy/Nika!" bisik Kai. "Kekuatan Nika adalah kekuatan yang paling berbahaya bagi Kontinuitas; ia mengubah realitas menjadi kartun. Jika itu stabil di sini, seluruh dunia Saitama bisa menjadi tidak logis!"
Kai segera menghadap Saitama. "Senpai! Aku merasakan ada turnamen seni bela diri yang sangat aneh di Kota A! Ada rumor bahwa pemenangnya akan mendapatkan sekantong besar daging dan kupon diskon seumur hidup!"
Mata Saitama yang biasanya setengah tertutup, tiba-tiba bersinar dengan minat murni. "Daging? Diskon seumur hidup? Kaito, kita berangkat sekarang."
Pertarungan Melawan Kekuatan yang Tertawa
Mereka tiba di arena. Alih-alih pertarungan yang serius, ada kekacauan yang absurd. Lantai arena berubah menjadi trampolin, dan wasit memiliki mata yang menonjol keluar dari rongganya.
Di tengah arena berdiri sosok yang sangat familiar Monkey D. Luffy, dalam bentuk Gear 5th. Dia tidak bermaksud jahat, tetapi kekuatannya, yang terpengaruh oleh sisa Chakra yang tidak stabil, membuat realitasnya sendiri menjadi tidak karuan.
Luffy tertawa histeris, melompat-lompat. "Sangat menyenangkan! Rasanya aku bisa mengalahkan siapa pun! Tapi kenapa aku ingin makan ramen dan daging sekaligus?!"
Luffy yang stuck ini mulai menyerang para petarung dengan pukulan karet raksasa, mengubah lawan menjadi bentuk konyol (seperti palu godam atau balon).
Saitama melangkah ke arena. "Hei, kamu yang merusak turnamen daging ini, ya?"
Luffy berbalik, matanya melihat Saitama sebagai ancaman yang menyenangkan sekaligus punchline yang sempurna.
"Kau terlihat kuat, Botak! Kau bisa menjadi partnerku untuk makan daging seumur hidup!" teriak Luffy, melancarkan tinju yang membengkokkan udara.
Intervensi Naratif Kai (Menulis Alasan Menang)
Kai menyadari: Pukulan Saitama akan membunuh Luffy. Tapi karena Luffy adalah Nika, kematiannya akan menjadi punchline naratif yang mengerikan, berpotensi memicu kegagalan naratif yang lebih besar di dunia One Piece.
Kai harus menggunakan [THE GRAND NARRATOR'S PEN] untuk menciptakan pintu keluar naratif yang damai.
[PERINTAH MENTAL INSTAN (MENGGUNAKAN RESIDUE):]
"TARGETKAN ENTITAS MONKEY D. LUFFY (NIKA/FRAGMENTASI). AKTIFKAN [REWRITE] LOKAL DAN [EDIT] EMOSI. Tulis ulang bahwa Luffy harus tiba-tiba merasakan lapar yang tak tertahankan dan memori tentang tujuannya yang sebenarnya (menjadi Raja Bajak Laut). Buat Portal Keluar berbentuk piringan daging raksasa."
Kai menggoreskan kode di udara saat Saitama melompat untuk menyerang.
Luffy meluncurkan pukulan, tetapi saat tinjunya nyaris mengenai Saitama, perut Luffy tiba-tiba berbunyi sangat keras sekeras ledakan sonik.
"Daging! AKU LAPAAR!" teriak Luffy, tangannya lemas.
Saitama, alih-alih memukulnya, hanya menyentil dahi Luffy.
Whiff! Sentilan itu tidak melukai Luffy, tetapi itu sudah cukup untuk memicu [REWRITE] Kai.
Tiba-tiba, di tengah arena, sebuah piringan daging raksasa yang terbuat dari energi murni muncul. Itu adalah Portal Naratif yang harus diikuti Luffy.
Mata Luffy melebar. "Daging! Itu... tujuanku!"
Luffy tidak peduli dengan Saitama lagi. Dia berlari menuju piringan daging itu, menghilang dari dunia One-Punch Man dan kembali ke alur cerita aslinya, terbebani oleh memori aneh tentang kekuatan toon dan chakra yang pernah ia rasakan.
"Huh. Dia hanya ingin makan," gumam Saitama. "Sungguh merepotkan."
Kai menghela napas, menyembunyikan penanya. Ancaman fusi paling besar telah diatasi.
"Tentu, Senpai," kata Kai/Kaito, tersenyum bangga. "Semua pertarungan besar selalu berakhir dengan makanan. Itu adalah Hukum Naratif yang tak terhindarkan."
Dengan dua fragmen terkuat telah dikembalikan ke fiksnya, apakah Kai akan mencoba meninggalkan dunia Saitama, atau apakah ada satu fragmen terakhir yang ia lupakan.
