Cherreads

Chapter 4 - Chapter 4

Di kedalaman Istana Naga Hitam, di sebuah ruangan yang cahayanya hanya berasal dari lilin-lilin hitam yang membara, Kaisar Xuyu Wansyi duduk bersila di atas sebuah bantal meditasi. Ruangan itu sendiri adalah labirin simbol-simbol kuno dan formasi roh yang rumit, dirancang untuk memperkuat kekuatannya dan menyembunyikan aktivitasnya dari mata-mata yang mungkin berani mengintip.

Wansyi tidak sedang bermeditasi. Pikirannya terlalu aktif, terlalu dipenuhi dengan rencana dan perhitungan untuk membiarkannya menemukan kedamaian. Di benaknya, dia sedang memainkan permainan catur yang rumit, dengan Balai Pagoda Roh sebagai bidak utama yang harus dia singkirkan.

"Pagoda," gumamnya, suaranya hanya sedikit lebih keras dari bisikan. "Mereka pikir mereka bisa mengendalikan dunia dengan hukum dan keseimbangan. Mereka pikir mereka bisa menahan kekuatan sejati."

Dia mengepalkan tangannya, dan energi gelap berputar di sekelilingnya seperti kabut. "Mereka salah. Kekuatan adalah satu-satunya hukum yang benar. Dan aku akan membuktikannya."

Rencananya sudah berjalan selama bertahun-tahun, dimulai sejak dia merebut takhta Tianlong. Dia telah membangun kekuatan rahasia, mengumpulkan sumber daya, dan mencari artefak kuno yang akan membantunya mencapai tujuannya. Dia telah memeras rakyatnya, membuat perjanjian dengan kekuatan gelap, dan bahkan mengorbankan prajuritnya sendiri untuk mendapatkan kekuatan yang dia butuhkan.

"Setiap pengorbanan adalah langkah menuju kemenangan," pikirnya. "Setiap tetes darah adalah investasi untuk masa depan."

Di tengah persiapannya, Wansyi sangat bergantung pada satu orang: Mengying, seorang jenius muda yang sangat setia yang telah dia latih sejak kecil.

"Mengying," katanya, memanggil nama itu dengan nada penuh harap. "Dia adalah senjataku yang paling berharga."

Mengying adalah seorang gadis muda dengan kulit pucat, rambut hitam panjang yang selalu menutupi sebagian wajahnya, dan mata yang tajam seperti pisau. Dia ditemukan oleh Wansyi sebagai anak yatim piatu di jalanan ibu kota Tianlong. Wansyi melihat potensi dalam dirinya—bukan hanya kekuatan, tetapi juga kesetiaan yang tak tergoyahkan.

Dia membawa Mengying ke Istana Naga Hitam dan melatihnya secara pribadi. Dia mengajarinya seni bela diri, strategi, dan manipulasi. Dia juga memberinya kekuatan yang unik: kemampuan untuk memanipulasi ilusi dan menyerap energi roh orang lain.

"Kau adalah bayanganku, Mengying," kata Wansyi kepadanya suatu hari. "Kau adalah perpanjangan dari kehendakku. Kau akan melakukan apa pun yang aku perintahkan, tanpa pertanyaan."

Mengying menunduk, menyembunyikan emosinya. "Seperti yang Anda perintahkan, Yang Mulia."

Dia sangat setia kepada Wansyi karena dia percaya bahwa Wansyi adalah satu-satunya yang bisa memberinya tujuan dalam hidup. Dia berutang nyawa padanya, dan dia bersedia melakukan apa pun untuk membalasnya.

"Dia adalah senjata yang sempurna," pikir Wansyi. "Dia tidak memiliki kelemahan. Dia tidak memiliki keraguan. Dia hanya memiliki kesetiaan."

Wansyi memanggil Mengying ke ruangannya.

"Aku punya tugas untukmu," katanya. "Aku ingin kau pergi ke Kekaisaran Zhao Heng dan mencari informasi tentang seorang anak laki-laki. Namanya Wu Yan."

Mengying mengangkat alisnya. "Wu Yan? Apa yang istimewa dari anak ini?"

Wansyi tersenyum tipis. "Dia memiliki garis keturunan kuno. Dia adalah kunci untuk membuka kekuatan yang akan mengubah dunia."

"Apa yang harus saya lakukan jika saya menemukannya?" tanya Mengying.

"Amati dia," jawab Wansyi. "Pelajari kekuatannya. Cari tahu apa yang dia rencanakan. Dan jika kau memiliki kesempatan... bawa dia kepadaku."

Mengying menunduk. "Seperti yang Anda perintahkan, Yang Mulia."

Dia berbalik dan menghilang ke dalam bayang-bayang, siap untuk melaksanakan perintah Wansyi.

Sementara itu, di Akademi Roh Cahaya di Kekaisaran Zhao Heng, Bai Shuren berlatih keras dengan Master Li Fong. Akademi itu sendiri adalah keajaiban arsitektur, dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, taman-taman yang indah, dan formasi roh yang rumit yang dirancang untuk memperkuat energi para siswa.

Bai Shuren adalah jenius muda yang sangat berbakat, dengan rambut perak yang berkilauan, mata biru yang jernih, dan tubuh yang mampu menyerap dan memanipulasi energi astral. Dia adalah harapan Akademi Roh Cahaya, dan dia tahu bahwa dia memiliki tanggung jawab besar di pundaknya.

"Shuren," kata Master Li Fong suatu hari, "kau telah membuat kemajuan yang luar biasa. Kau telah menguasai dasar-dasar pengendalian energi astral, dan kau telah menunjukkan bakat alami untuk memahami kekuatan roh."

Bai Shuren menunduk dengan hormat. "Saya hanya berusaha sebaik mungkin, Guru."

"Aku tahu," kata Master Li Fong. "Dan aku bangga padamu. Tapi kau harus ingat bahwa kekuatanmu bukan hanya untuk dirimu sendiri. Kau harus menggunakannya untuk melindungi dunia."

"Saya mengerti, Guru," jawab Bai Shuren. "Saya akan melakukan apa pun untuk melindungi dunia."

Latihan Bai Shuren sangat menantang. Dia harus bermeditasi selama berjam-jam, mengendalikan energi astral yang berputar di sekelilingnya, dan bertarung melawan ilusi yang diciptakan oleh Master Li Fong. Dia sering merasa lelah dan frustrasi, tetapi dia tidak pernah menyerah.

"Aku harus menjadi lebih kuat," pikirnya. "Aku harus siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang."

Di Akademi Roh Cahaya, Bai Shuren bertemu dengan banyak siswa lain yang berbakat. Ada Lian Hu, seorang gadis muda yang ahli dalam menjinakkan roh-roh hutan. Ada Jing Tao, seorang pemuda yang mahir dalam seni pedang. Dan ada Ruo Lan, seorang gadis yang memiliki bakat unik untuk menerjemahkan bahasa roh.

Bai Shuren berteman baik dengan Lian Hu dan Jing Tao. Mereka sering berlatih bersama, saling membantu untuk meningkatkan kemampuan mereka. Dia juga menghormati Ruo Lan, meskipun dia tidak terlalu dekat dengannya.

"Kita semua memiliki peran yang harus dimainkan," kata Bai Shuren kepada teman-temannya suatu hari. "Kita harus bekerja sama untuk melindungi dunia."

Sementara itu, Wu Yan memulai perjalanan panjang dari desa terpencilnya ke ibu kota Kekaisaran Zhao Heng. Dia membawa sedikit perbekalan, sebuah pedang kayu yang dibuatkan oleh Lao Chen, dan tekad yang kuat untuk menjadi lebih kuat.

Perjalanannya tidak mudah. Dia harus berjalan selama berhari-hari, tidur di hutan, dan mencari makanannya sendiri. Dia bertemu dengan bandit, menghadapi hewan buas, dan mengatasi cuaca buruk.

Namun, Wu Yan tidak pernah menyerah. Dia terus berjalan, didorong oleh keinginan untuk memenuhi takdirnya.

Suatu malam, saat Wu Yan sedang beristirahat di hutan, dia merasakan sesuatu yang aneh. Energi di sekelilingnya mulai berputar, dan dia merasakan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Dia menutup matanya dan membiarkan dirinya terbawa oleh energi itu. Dia melihat visi-visi aneh, dunia-dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dia melihat dewa-dewa yang perkasa, monster-monster yang mengerikan, dan pahlawan-pahlawan yang legendaris.

Tiba-tiba, dia merasakan sakit yang luar biasa di dadanya. Dia membuka matanya dan melihat bahwa dadanya bersinar dengan cahaya yang terang.

"Apa yang terjadi?" pikirnya.

Kemudian, dia melihat sesuatu yang luar biasa. Sebuah roh muncul dari dadanya, melayang di depannya.

Roh itu berbentuk seperti manusia, tetapi tubuhnya terbuat dari cahaya yang berkilauan. Ia memiliki mata yang cerdas dan senyum yang lembut.

"Siapa kau?" tanya Wu Yan.

Roh itu tersenyum. "Aku adalah Mind Weaver," jawabnya. "Aku adalah spirit yang akan membantumu mencapai takdirmu."

Spirit Wu Yan: Imajinasi yang Menjadi Kenyataan

Spirit Mind Weaver adalah roh yang unik dan kuat. Ia memiliki kemampuan untuk menciptakan apa pun yang diimajinasikan oleh Wu Yan. Ia dapat menciptakan senjata, baju besi, dan bahkan kekuatan elemen.

Namun, ada batasan untuk kekuatannya. Wu Yan hanya dapat menggunakan Mind Weaver dalam waktu yang terbatas, dan setiap kali dia menggunakannya, dia akan kehilangan banyak energi. Selain itu, Wu Yan harus memiliki imajinasi yang jelas dan detail tentang apa yang ingin dia ciptakan. Jika tidak, Mind Weaver tidak akan dapat mewujudkannya.

Wu Yan sangat terkejut dan bersemangat ketika dia mendapatkan Spirit Mind Weaver. Dia tahu bahwa ini adalah kekuatan yang luar biasa, dan dia tidak sabar untuk mempelajarinya.

"Bagaimana cara aku menggunakanmu?" tanya Wu Yan kepada Mind Weaver.

"Kau hanya perlu membayangkan apa yang ingin kau ciptakan," jawab Mind Weaver. "Bayangkan dengan jelas, dan aku akan mewujudkannya."

Wu Yan menutup matanya dan membayangkan sebuah pedang. Dia membayangkan pedang itu dengan detail, dari gagangnya hingga ujungnya. Dia membayangkan bagaimana rasanya memegang pedang itu, bagaimana rasanya mengayunkannya.

Ketika dia membuka matanya, dia melihat bahwa dia memegang sebuah pedang yang berkilauan di tangannya. Pedang itu persis seperti yang dia bayangkan.

Wu Yan tersenyum. Dia tahu bahwa dia telah mendapatkan kekuatan yang akan mengubah hidupnya.

"Aku akan menjadi lebih kuat," pikirnya. "Aku akan menggunakan Mind Weaver untuk melindungi dunia."

Dia melanjutkan perjalanannya ke ibu kota Kekaisaran Zhao Heng, dengan semangat baru dan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya. Dia tahu bahwa takdirnya sedang menunggunya.

Di kejauhan, Mengying mengamati Wu Yan dari balik bayangan. Dia telah mengikuti Wu Yan selama berhari-hari, mengamati kekuatannya dan mencari tahu apa yang dia rencanakan.

"Dia memiliki kekuatan yang luar biasa," pikir Mengying. "Tapi dia masih anak-anak. Aku bisa mengalahkannya."

Dia bersiap untuk menyerang Wu Yan, tetapi kemudian dia berhenti. Dia teringat akan perintah Wansyi: amati dia, pelajari kekuatannya, dan bawa dia kepadaku.

"Aku tidak bisa membunuhnya," pikir Mengying. "Aku harus membawanya kepada Yang Mulia."

Dia berbalik dan menghilang ke dalam bayang-bayang, siap untuk melaksanakan perintahnya.

Dunia sedang berubah. Kekuatan-kekuatan besar sedang bergerak. Dan Wu Yan, anak laki-laki dengan Spirit Mind Weaver, akan memainkan peran penting dalam perubahan itu.

More Chapters