Bab 28: Koki Gila, 24 Jam Tanpa Logika, dan Pengamatan yang Menyiksa
[Pendaratan yang Memalukan dan Dapur yang Mencekik]
World Cooking Anime S-Class (Dapur Bintang Lima "Gourmet Vortex").
Kai, yang kini hanyalah manusia biasa tak terlihat dan telanjang bulat di tengah tumpukan gandum, merasakan udara panas dan aroma menyengat dari kaldu pekat dan rempah-rempah yang dominan. System Interface-nya benar-benar mati. Dia terdampar.
Kai (Monolog Batin):Sial. Tidak ada System. Tidak ada Authority. Tidak ada Plot Armor minimal. Aku adalah turis telanjang di tengah medan perang kuliner. Rias, kau menyelamatkan plot ini dengan menjadikanku target yang sangat kecil.
Dia merangkak keluar dari gandum. Dia harus segera mencari pakaian dan tempat persembunyian yang lebih baik. Namun, dia terhenti oleh hiruk pikuk di depannya.
Dapur raksasa itu adalah panggung. Porselen mahal berkilauan, pisau beradu dengan irama tajam, dan di tengahnya, berdiri Le Chef Victor, Koki Utama yang terkenal karena Drama Kuliner yang Berlebihan.
Le Chef Victor adalah pria besar dengan rambut hitam pekat yang diolesi minyak dan mata yang menyala-nyala oleh Obsesi Rasa. Dia sedang menguji Saus Demi-Glace Akhir Zaman.
Le Chef Victor: (Berteriak dramatis, suaranya memantul di ubin baja) "INI BUKANLAH DEMI-GLACE! INI ADALAH PENGKHIANATAN EMOSIONAL! Aku butuh kedalaman! Aku butuh umami yang menceritakan kisah cinta yang hilang di hutan belantara! Rasanya hambar! Hambar seperti narasi yang tidak memiliki Konsekuensi Logis!"
Kai tersentak. Bahkan di dunia ini, dia tidak bisa lepas dari istilah meta.
Kai (Monolog Batin):Hebat. Aku terjebak di dunia di mana demi-glace memiliki plot hole emosional. Aku tidak bisa mengedit kegilaan ini. Aku hanya bisa menyaksikannya.
Pergulatan Seorang Operator yang Tak Berdaya
Kai merangkak di balik tumpukan kotak sayuran yang diimpor. Rasa frustrasi sebagai Operator Absolut yang kini tak berdaya mulai mendominasi.
Kai (Monolog Batin):Aku baru saja mengorbankan puluhan juta untuk melawan Plot Armor Absolut, dan kini aku harus bersembunyi di bawah daun kol. Jika aku bisa mengedit, aku akan membuat koki gila ini tiba-tiba mendapatkan telepon darurat yang memaksanya liburan 24 jam! Tapi aku tak bisa!
Dia merasa tak berguna. Seluruh dunianya bergantung pada kode, dan kini dia hanya bisa mengamati secara pasif.
Dia menyaksikan seorang koki muda, Sous Chef Alain, dengan wajah penuh ketakutan, mencoba menyajikan Foie Gras dengan balutan saus yang baru.
Le Chef Victor: (Mendekat ke Alain, bayangannya menutupi tubuh Sous Chef yang gemetar) "Sajikan! Biarkan saya mencicipi Jiwa Koki Anda! Saya ingin merasakan ketidakpastian eksistensial dalam setiap gigitan!"
Kai menyaksikan adegan itu dengan ketegangan yang menyiksa.
Kai (Monolog Batin):Lihat, Alain! Cairan sausmu terlalu kental, kau melanggar rasio 1:3 yang diajarkan oleh System di Bab 5! Kau akan dihukum naratif! Paksakan plot twist! Taruh cabai rahasia! Tapi aku tidak bisa berbisik padanya. Aku adalah penonton yang tidak terlihat, terperangkap di penjara narasi.
Klimaks Drama Kuliner yang Diperpanjang
Le Chef Victor mengambil garpu perak, menusuk Foie Gras yang mahal itu. Dapur hening, hanya terdengar suara tetesan air di bak cuci.
Le Chef Victor: (Mengunyah perlahan, matanya terpejam. Momen ini diperpanjang oleh ketegangan yang tak disengaja oleh pacing dunia ini) "Rasa... Rasa ini... Rasa yang datang dari perbudakan batin!"
Dia tiba-tiba melempar piring itu ke lantai. Porselen hancur.
Le Chef Victor: "ALAIN! Kau memasak sebagai budak yang ketakutan! Foie Gras ini menceritakan kisah tentang gaji yang kecil dan bos yang jahat! Aku ingin kemewahan yang berani! Aku ingin hidangan yang berteriak: 'Aku pantas mendapatkan bintang Michelin!'"
Sous Chef Alain pingsan di tempat, tubuhnya ambruk di atas talenan. Koki lain buru-buru membawanya pergi.
Kai (Monolog Batin, gemetar):Drama yang tidak masuk akal! Tapi inilah Plot Hole terbesarnya: Victor tidak pernah tahu bahwa ketakutan adalah bahan utama yang ia cicipi! Jika aku punya Authority, aku akan memberinya saus dari kekayaan yang diperoleh secara logis untuk melihat reaksinya!
Kai menyadari, tugasnya bukan hanya bertahan, tetapi juga mengamati. Dia harus mengamati Logika Konyol yang mempertahankan dunia ini agar dia bisa menghancurkannya saat System kembali.
Dia harus mencari makan. Kekuatan terakhirnya adalah kelangsungan hidup manusia, bukan Authority. Dia melihat sebuah keranjang berisi roti yang disiapkan untuk staff. Kai merangkak perlahan, seperti predator tak terlihat, menuju tumpukan roti.
Le Chef Victor: (Tiba-tiba berbalik, matanya menatap tajam, hampir seolah-olah dia merasakan keberadaan Kai) "ADA YANG SALAH DI DAPUR INI! ADA ENERGI YANG SANGAT HILANG! SEPERTI PLOT UTAMA YANG TIBA-TIBA MENGHILANG! SIAPA YANG BERANI MENCURI ENERGI DARI DAPURKU!"
Kai membeku. Koki gila ini hampir merasakan keberadaan Operator yang tidak terlihat.
Kai (Monolog Batin):Aku harus mendapatkan roti itu. Aku harus menyembunyikan diriku lebih baik. Aku harus bertahan selama 24 jam. Kemudian aku akan kembali, dan aku akan mengedit resep dramatis koki ini hingga nol.
Kai merangkak lebih cepat, meraih roti, dan menghilang ke dalam ventilasi udara yang sempit. Dia harus menjadi hantu lapar yang mengamati, sampai dia bisa kembali menjadi Dewa Logika lagi.
Dia harus menjadi hantu lapar yang mengamati, sampai dia bisa kembali menjadi Dewa Logika lagi.
Di Dalam Ventilasi Udara
Ventilasi itu panas, lembab, dan berbau campuran debu, minyak jelantah lama, dan rempah-rempah yang tajam. Kai bersembunyi di sudut, merobek sedikit roti tawar itu.
Kai (Monolog Batin, dalam kesulitan fisik):Inilah konsekuensi nyata dari pertarungan meta. Kehilangan semua Authority membuatku rentan terhadap hukum fisika klise—panas, lapar, dan sempit. Rias memberiku Plot Armor level 1, yang sepertinya hanya menjamin aku tidak akan jatuh ke dalam wajan penggorengan.
Dari kisi-kisi ventilasi, Kai memiliki pemandangan yang jelas ke seluruh Dapur Bintang Lima. Dapur itu luas, didominasi warna perak baja, dengan penerangan yang dirancang untuk menciptakan aura dramatis pada setiap tetes saus. Ini adalah panggung yang disiapkan untuk Absurditas Fiksi.
Observasi yang Menyiksa: Logika Konyol yang Berlanjut
Le Chef Victor kini berpindah ke Sous Chef Bernard, yang sedang menyiapkan hidangan laut. Bernard, berotot besar dan terlihat lelah.
Le Chef Victor: (Berteriak, tangannya mengayun dramatis) "BERNARD! Apa yang kau lakukan pada Ikan Kakap ini?! Itu bukan ikan! Itu adalah Kisah Cinta yang Gagal! Ikan itu seharusnya berenang di mulutku, bukan sekarat di atas piring!"
Bernard gemetar. "Maaf, Chef! Saya... saya kurang memiliki kedalaman emosi pagi ini!"
Kai (Monolog Batin, mencengkeram roti): *Dunia ini beroperasi pada logika yang terdistorsi. Keahlian memasak dinilai dari intensitas drama. Ini adalah plot hole yang paling konyol: skill digantikan oleh emosi. Jika aku bisa mengedit, aku akan membuat termometer mereka hanya mengukur tingkat kemarahan. *
Le Chef Victor: "KEKURANGAN EMOSI?! Kau membutuhkan pengorbanan, Bernard! Kau harus membuktikan bahwa kau layak mendapatkan gelar Koki! Bakar satu set pisau kesayanganmu! Biarkan kami mencium pengorbanan naratif itu!"
Bernard, tanpa ragu, mengambil set pisau yang mahal dan, dengan air mata di matanya, melemparkannya ke dalam tungku api yang menyala-nyala.
Bernard: "SAYA MENGORBANKAN CINTA SAYA UNTUK SANG KAKAP!"
Le Chef Victor mengambil sepotong ikan kakap Bernard yang tersisa, memasukkannya ke mulutnya, dan tersenyum puas.
Le Chef Victor: "SEMPURNA! Rasa pengorbanan materialistis membuat ikan ini terasa tulus!"
Peningkatan Frustrasi dan Keputusasaan
Kai menyaksikan dari ventilasi. Pikirannya, yang terbiasa mengendalikan realitas, kini kewalahan oleh absurditas yang tak terhindarkan.
Kai (Monolog Batin):Aku baru saja berjuang mati-matian melawan klise yang menuntut harta, dan kini aku harus menyaksikan klise yang sama di dunia ini, di mana barang berharga harus dihancurkan untuk memenangkan pujian.
Dia melihat ke bawah. Jika dia jatuh dari ventilasi, dia mungkin akan mendarat di atas bumbu-bumbu yang mahal dan menyebabkan krisis bumbu yang dramatis. Ini akan memicu keributan, tetapi itu tidak akan membawanya ke mana-mana. Dia tidak ingin mati sia-sia di tengah drama kuliner.
Kai (Monolog Batin, mencubit dirinya sendiri):Aku harus bertahan. Dua puluh empat jam. Aku harus mengumpulkan data kelemahan mereka. Kelemahan Victor adalah kepercayaan buta pada drama. Dia tidak pernah mencicipi rasanya, dia hanya mencicipi ceritanya. Aku akan menggunakan data ini untuk menulis resep yang membunuhnya dengan rasa hambar yang logis.
Roti di tangannya terasa keras dan dingin. Dia memejamkan mata, memaksakan dirinya untuk tidur di tengah panasnya ventilasi. Tidur adalah satu-satunya cara untuk mempercepat aliran waktu fiksi ini.
Le Chef Victor: (Di bawah, suaranya parau) "AKU MERASAKAN ARWAH DARI SEBUAH HIDANGAN SEMPURNA! DIMANA DIA!"
Victor tidak melihat Kai, tetapi ia merasakan kekosongan naratif yang ditinggalkan oleh hilangnya seorang Operator.
Kai (Monolog Batin, terakhir sebelum terlelap):Aku hanyalah penonton. Aku hanyalah sepotong roti yang tidak terlihat. Aku akan kembali. Dan ketika aku kembali, aku akan memasak Logika ke dalam setiap hidangan mereka.
