Ruangan inti Valtherion tenggelam dalam keheningan yang hampir tidak masuk akal.
Core Eldran bersinar lembut, menampilkan nama yang baru saja muncul:
KAEL VALTHERION
Pemuda yang tergeletak—berdarah, terengah, tubuhnya nyaris remuk—perlahan menoleh ke arah pintu.
Dan di sana…
Kael berdiri.
Diam. Membeku. Menatap pemuda itu seolah sedang melihat cerminan dirinya yang diseret dari timeline lain.
Ariane refleks bergerak ke sisi Kael. "Kael… ini bukan seperti yang kau pikir."
Kael tidak menjawab. Matanya terpaku pada sosok itu.
Pemuda yang berdiri dengan tertatih itu balas menatapnya. Kedua mata mereka saling mengunci.
Dan untuk sesaat… seisi ruangan seperti berhenti bernapas.
Pemuda itu tersenyum miring meski wajahnya memar.
"…akhirnya datang juga ya, Kael Valtherion."
Kael mengerutkan alis. "Siapa kau sebenarnya?"
Pemuda itu mengangkat tangan, menunjuk ke Core Eldran. "Sepertinya… dia tau lebih dulu daripada aku sendiri."
Cahaya kristal bergelombang. Rune di lantai mengaktifkan diri lagi—bukan untuk bertempur, melainkan menghubungkan sesuatu.
Suara Eldran terdengar, lebih tenang tapi juga lebih berat:
"Dua darah yang seharusnya tidak pernah bertemu… telah memasuki ruang yang sama."
Kael menegang. Ariane memandang kristal itu tanpa berkedip.
Pemuda itu mengangkat bahu. "Aku sendiri juga tidak yakin ini apa. Tapi kalau inti Valtherion bilang begitu—"
Ia menunjuk dirinya sendiri.
"—berarti aku juga Valtherion."
Kael maju selangkah. "Aku tidak kenal kau."
Pemuda itu tersenyum kecil. "Ya iya, lah. Kita bahkan nggak lahir di tahun yang sama."
Kael terdiam sejenak. "…maksudmu apa?"
Core Eldran bergetar kuat. Cahaya membentuk lingkaran energi di sekitar pemuda itu.
Ariane menelan ludah. "Kael… aku rasa dia bukan… dari masa kini."
Kael menatap pemuda itu dengan mata yang meluas sedikit. Pemuda itu hanya mengangkat satu alis.
"Gampangnya gini: Aku keturunan Valtherion. Cuma… bukan dari masa depan kalian. Bukan juga masa lalu."
Ia menunjuk dirinya sendiri dengan gaya malas.
"Dari percabangan lain. Darah lain. Valtherion lain."
Kael mengepal. "Tidak mungkin."
Pemuda itu menghela napas panjang. "Bro… aku baru lulus ujian hampir mati barusan. Aku juga pengen itu nggak mungkin."
Ariane menatap Core Eldran. "Kenapa kau menarik dia kemari, Eldran?"
Cahaya kristal meredup, seperti sedang berpikir. Lalu suara Eldran bergema:
"Kael Valtherion… di masa depanmu, garis keturunanmu terputus."
Kael membeku. Ariane menoleh cepat. Pemuda itu mengangkat kedua tangan.
"Toh… bukan salahku."
Eldran melanjutkan:
"Jalanmu… berakhir terlalu cepat."
Kael mengepal. "…apa maksudmu berakhir?"
Pemuda itu menunduk, wajahnya lebih serius. "Aku tahu dikit. Nggak banyak. Tapi… aku dikirim ke sini karena cuma satu alasan."
Ia menatap Kael langsung.
"Seseorang di timeline-mu pengen kau berhenti. Dan aku… dipakai buat ngegantiin kau."
Kael menelan ludah, napasnya berat. "Jadi kau… dibawa untuk menggantikan posisiku?"
Pemuda itu menggeleng.
"Bukan. Aku dibawa untuk memastikan kau nggak mati."
Kael terpaku.
Ariane menutup mulutnya.
Pemuda itu melanjutkan, suaranya lebih rendah, lebih tajam:
"Ada sesuatu yang ngincar garis Valtherion. Dan di timeline-ku, Valtherion… habis."
Ia menunjuk Kael.
"Kalau kau jatuh di sini… duniamu bakal ikut hancur."
Keheningan mengisi seluruh ruangan.
Kael berdiri diam, wajahnya tanpa suara, tapi pikirannya jelas bergejolak.
Core Eldran menambahkan:
"Dia bukan penggantimu… dia adalah proteksimu."
Pemuda itu menepuk dada sendiri.
"Yap. Bodyguard dadakan. Versi rusak. Serba nggak jelas."
Ia lalu menunjuk Kael sambil tersenyum tipis.
"Jadi… mulai sekarang, kita kerja bareng."
Kael masih terdiam lama. Lalu mengatakan sebuah kalimat pendek—penuh beban, penuh rasa tak percaya:
"…kenapa harus aku?"
Pemuda itu menjawab tanpa ragu:
"Karena di semua dunia lain… kau adalah satu-satunya Valtherion yang selalu mencoba menyelamatkan semuanya."
Ruangan kembali hening.
Dan di tengah cahaya biru Core Eldran— dua darah Valtherion berdiri berdampingan untuk pertama kalinya.
