Tepat ketika Eldran selesai berbicara, ketiga penjaga baru itu bergerak bersamaan.
Bukan berlari.
Bukan melompat.
Mereka muncul seperti bayangan yang memecah cahaya—secepat kilatan, tanpa jeda.
Pemuda itu hanya sempat mengangkat tangan ketika—
BRAAAK!
Serangan pertama menghantam lantai di tempat ia berdiri tadi, menciptakan retakan memanjang. Udara bergetar seperti dipukul dengan palu raksasa.
Pemuda itu berguling ke samping, napas tercekat.
"Astaga… ini bahkan lebih cepat dari yang pertama!"
Penjaga kedua sudah ada di belakangnya, ayunan lengannya turun seperti kapak energi.
Pemuda itu menunduk, nyaris kehilangan rambut karena tebasan itu.
Penjaga ketiga muncul dari depan—
melesat lurus, menembus udara, membentuk tekanan angin yang memaksa tubuh pemuda itu terdorong ke belakang.
Ia menahan dengan lengan, namun dorongannya membuat pergelangannya bergetar menahan nyeri.
"Gila… tiga menit kaya gini?!"
Eldran tidak menjawab. Ia hanya mengamati dari inti kristal, cahaya birunya berdenyut cepat.
---
0:42 detik berlalu.
Pemuda itu sudah mulai kehabisan tempat untuk bergerak.
Serangan ketiga penjaga datang dari tiga arah sekaligus, saling mengunci, memaksa dia untuk tidak punya pilihan selain bereaksi sempurna.
Ia memutar tubuh, menahan serangan penjaga kanan dengan siku—membuang sudutnya sedikit agar serangan tidak mengenai penuh.
Penjaga kiri menyerang lagi, tapi pemuda itu menjejak lantai dan mundur hanya sejengkal—cukup untuk membuat tebasan itu lewat tipis.
Kemudian—
Penjaga tengah menghantam.
"AAHHH!"
Pukulan itu benar-benar mengenai tubuhnya, menghajar tulang rusuk.
Pemuda itu terpental beberapa meter, berguling di lantai, namun memaksa tubuh bangkit meski dunia berputar.
Ariane, yang masih terkurung di pinggir ruangan oleh lapisan energi Eldran, berteriak,
"KAU HARUS BERTAHAN! KAEL MASIH DI ATAS!!"
Pemuda itu tersenyum miring sambil mengusap mulut yang berdarah.
"Tenang… aku belum mau mati."
___
1:25 — Para Penjaga Mulai Beradaptasi
Ketiga penjaga tiba-tiba mengubah pola serangan.
Mereka tak lagi menyerang satu-satu.
Mereka menyatukan pergerakan, seperti satu makhluk dengan tiga tubuh—serentak, presisi, brutal.
Pemuda itu menggertakkan gigi.
"Kalau aku bertahan pasif, aku bakal hancur."
Ia melangkah maju.
Langkahnya kecil, cepat, presisi.
Ia menghindari serangan pertama, lalu menahan serangan kedua dengan geseran tangan yang mengubah momentum.
Sesaat celah terbuka.
Pemuda itu memanfaatkan.
Siku menghantam bagian samping pelat penjaga.
Tidak keras… tapi mengenai titik yang membuat tubuh penjaga itu tersentak kehilangan keseimbangan.
Namun sebelum ia bisa menekan kelebihannya, penjaga lain sudah mengayunkan pukulan dari belakang.
Ia berputar, menurunkan tubuh, dan mendorong serangan itu melewati bahunya.
Desahan napasnya berat.
"Gendeng… makin lama makin sinkron."
---
2:03 — Ruangan Mulai Berubah
Rune di lantai menyala lebih terang. Gravitasi tiba-tiba terasa lebih berat.
Pemuda itu berlutut sejenak, terkejut.
"Apa…?!"
Eldran berbicara tenang:
"Ujian tahap ketiga menyesuaikan kekuatan kandidat.
Jika terlalu kuat… tekanan ditambah."
Pemuda itu menatap Eldran dengan ekspresi are you serious right now.
"Terus kalau aku mati gimana?!"
"Jika kau mati," jawab Eldran datar,
"maka kau memang tidak pantas."
Pemuda itu menutup muka dengan tangan.
"Terima kasih, sepuh…"
---
2:40 — Serangan Penutup
Ketiga penjaga berhenti. Cahaya biru mereka berkumpul, memadat di titik inti dada masing-masing.
Ariane berteriak,
"ITU SERANGAN BESAR! MENJAUH!!!"
Pemuda itu tidak bisa menjauh.
Tiga penjaga mengunci posisi.
Ruangan sempit.
Gravitasi menghimpit.
Waktu hanya beberapa detik.
Jadi ia melakukan satu hal:
Melangkah maju.
Bukan mundur, Bukan menghindar.
Ia masuk ke dalam jangkauan serangan para penjaga.
"Kalau kalian mau hancurin aku," gumamnya,
"aku harus memaksa kalian meleset."
Ia bergerak cepat, menggeser tubuh ke sisi penjaga pertama, memaksa dua penjaga lain mengubah sudut.
Kilatan biru meledak.
DUARRR!
Energi saling bertabrakan. Gelombang kejut memantul ke seluruh ruangan.
Pemuda itu terhempas, tubuhnya menghantam lantai keras.
Sakit.
Berat.
Sengatan panas menusuk seluruh sendi.
Tapi—
Ia masih hidup.
Ia memaksa tubuh bangkit, gemetar.
Ketiga penjaga perlahan memudar, cahaya mereka meredup… lalu padam sepenuhnya.
Rune di lantai berhenti menyala.
Dan suara Eldran menggema:
"…tiga menit.
Kau lulus."
Pemuda itu terbaring telentang, menatap langit-langit.
"Baru… tiga menit…?"
Ia tertawa lelah.
"Rasanya… tiga jam."
Ariane menghampiri begitu penghalang energi lenyap.
"Pemuda bodoh! Kau bisa mati!"
Ia hanya mengangkat tangan lemah.
"Tadi… hampir…"
Tiba-tiba Core Eldran bergetar.
Cahaya biru naik ke permukaan kristal, membentuk simbol baru— simbol yang sama yang pernah Kael lihat dalam penglihatannya.
Kalimat muncul:
[RESONANSI DARAH: AKTIF]
[SUBJECT IDENTIFIED: KAEL VALTHERION]
Ariane menegang.
Pemuda itu menatap simbol itu dengan bingung.
"Kael…? Kenapa namanya…?"
Lalu suara lembut, sangat tua, sangat letih, terdengar dari Core:
"Pewarisku yang sesungguhnya…
kita akhirnya bertemu."
Langkah kaki terdengar dari pintu masuk ruang inti.
Kael… berdiri di sana.
Menatap pemuda itu.
Menatap kristal.
Menatap semuanya—
dengan mata yang bergetar oleh sesuatu yang lebih dari sekadar terkejut.
