Cahaya dari Core Eldran tiba-tiba memuncak.
Lantai retak, udara bergetar, dan ruangan inti berubah seperti sedang diremukkan dan dibangun ulang dalam satu tarikan napas.
Penjaga itu mengangkat wajahnya ke arah kristal.
Cahaya biru menetes dari tubuhnya seperti kabut cair, lalu terserap kembali ke rangkanya. Seolah Eldran memberi tenaga baru… atau membuka lapisan kekuatan lain.
Pemuda itu merasakan bulu kuduknya berdiri.
"Astag—"
Ia belum sempat menyelesaikan kata ketika titik biru muncul di depan wajahnya.
Penjaga itu menghilang.
Bukan bergerak, bukan melompat.
Benar-benar lenyap dari posisi awal.
Dan—
BUK!
Pukulan berat menerjang dadanya dari samping, melemparkannya ke dinding batu. Tubuhnya menghantam keras, tapi ia memutar bahu tepat sebelum benturan penuh terjadi, mengalihkan sebagian besar tekanan.
Ia mendarat setengah merosot, lutut menyentuh lantai.
"Cepet banget…"
Suara langkah penjaga muncul lagi—di belakang.
Pemuda itu membalik, tubuhnya rendah, kaki berpindah cepat dalam pola menyilang yang membuat momentum serangan penjaga lewat sedikit di atas kepalanya.
Tangan pemuda itu naik refleks, mengenai bagian samping siku penjaga—bukan untuk memukul, tapi untuk menggeser arah pukulan itu seperdelapan derajat.
Cukup untuk selamat.
Cukup untuk membuka ruang.
Penjaga itu bergeser mundur.
Bara birunya menyala, lalu meredup, seolah sedang mempelajari ulang gerakan pemuda itu.
"Gerakanmu… bukan dari akademi," suara kristal bergema.
Bukan suara penjaga, melainkan Eldran sendiri.
Pemuda itu berdiri, napasnya berat tapi terkontrol.
"Aku belajar sendiri. Dari keluarga."
Cahaya kristal bergetar tipis.
"…itu bukan gerakan keluarga Valtherion."
Pemuda itu terdiam.
Eldran seharusnya tahu.
Ia bagian dari darah keluarga itu.
Jika Eldran tidak mengenali… berarti langkah-langkah itu datang dari garis yang lebih tua, lebih tersembunyi, atau dari sesuatu yang bahkan leluhur Valtherion tidak catat.
Penjaga itu tiba-tiba menahan pose.
Bahunya turun.
Tangkai cahaya di punggungnya memendek.
Ia merendahkan tubuhnya sedikit—
Posisi bertarung yang lebih serius dari sebelumnya.
Pemuda itu mengencangkan rahangnya.
"Baik. Kau mau lihat lebih banyak? Kau dapat."
Ia maju duluan kali ini.
Satu langkah kecil—
diikuti perubahan sudut tajam yang membuat tubuhnya menyilang seperti bayangan yang tak mudah dibaca.
Tangannya menangkap pergelangan penjaga untuk menahan serangan.
Penjaga itu mencoba mematahkan cengkeraman dengan kekuatan mentah, tapi pemuda itu tidak melawannya langsung. Ia memutar pergelangan, memindahkan tenaga lawan, ala gerakan yang membuat posisi penjaga kehilangan tumpuan sepersekian detik.
Pemuda itu masuk dari sisi dalam—
mendorong bahu lawan dengan tenaga pendek yang tidak keras, tapi tepat di titik yang mengacaukan keseimbangan mekanis.
Penjaga itu terseret mundur.
Untuk pertama kalinya… ia terdorong dengan jelas.
Pemuda itu tidak memberi jeda.
Ia menekan lagi, dua langkah cepat, lalu tubuhnya berputar rendah.
Siku mengenai bagian pinggang penjaga—
diikuti pukulan pendek ke sambungan panggul.
Penjaga itu terdorong ke belakang lagi, cahaya dari tubuhnya berkedip tidak stabil.
Eldran berbicara:
"Gerakan adaptif. Efisiensi tenaga… memadai."
Pemuda itu nyaris tertawa.
"Memadai? Aku sudah mau mati tadi!"
Penjaga itu berhenti dan menatapnya.
Tidak marah. Tidak agresif.
Seperti… mengakui.
Tapi ujian belum selesai.
Tiba-tiba seluruh ruangan berubah.
Rune di lantai menyala.
Dan dari dalam kristal, tiga bayangan lain muncul—
versi penjaga yang lebih ramping, lebih cepat, dan lebih berbahaya.
Pemuda itu melongo.
"Serius… tiga?"
Eldran menjawab:
"Ujian tahap ketiga: ketahanan darah."
"Tujuan: bertahan hidup selama tiga menit."
Pemuda itu menatap tiga penjaga yang mulai bergerak mengitari dirinya.
"….."
Ia hembuskan napas panjang.
"Oke… ini baru mulai gila."
