Di langit Valtherion, aurora biru bergetar tipis — begitu lembut hingga hampir tak terlihat oleh mata biasa.
Namun bagi mereka yang membawa darah Valtherion… getaran itu terasa seperti detak jantung kedua.
Di ruang bawah tanah kuno tempat Core Eldran berada, pulse itu merambat melewati pilar kristal, menyusuri jaringan logika yang telah terkubur selama ratusan tahun.
Lalu… berhenti.
Seolah menunggu sesuatu — atau seseorang.
---
Di salah satu distrik tengah Valtherion, di rumah sederhana yang terbuat dari batu hitam tua, seorang anak laki-laki terbangun dengan napas tersengal.
Matanya terbuka lebar.
Bukan karena mimpi buruk.
Bukan pula karena suara keras.
Tapi karena suara yang tidak mungkin ia dengar:
"…kau akhirnya mendengarku."
Suara itu bukan suara manusia. Bukan suara dewa. Tetapi gema lembut — seperti serpihan masa lalu yang memanggil melalui darah dan tulang.
Kael bangkit dari tempat tidurnya, tangannya mencengkeram dada.
Ada cahaya samar, hampir tak terlihat, berdenyut dari balik kulitnya.
Detak itu sama.
Sama persis dengan yang ia rasakan dua malam lalu—
detak yang memanggilnya menuju reruntuhan tua di bawah kota.
Ia mengusap wajahnya, mencoba menenangkan napas.
"Suara itu lagi…" gumamnya. "Kenapa aku yang mendengarnya?"
Tak ada jawaban.
Hanya denyut samar yang melintas di udara… seperti sedang menilai Kael.
Lalu, perlahan, suara itu terdengar kembali:
"Warisan tidak memilih yang lemah.
Tapi kau… kau membawa sesuatu yang bahkan aku tak mengerti."
Kael menegang.
Itu bukan suara asing baginya.
Sejak kecil ia kadang mendengar bisikan samar tanpa sumber… namun minggu ini, suara itu menjadi jelas — seolah bangun dari tidur panjang.
Ia berdiri dan melihat keluar jendela.
Dari kejauhan, menara pusat Valtherion bersinar dengan cahaya biru yang mulai bergetar tidak stabil.
Fenomena itu tidak wajar.
Valtherion Tower tidak pernah berkedip.
Kael menggenggam sisi jendela.
"Apa yang terjadi dengan kota ini… dan kenapa hanya aku yang merasakannya?"
Tiba-tiba, rasa sakit menusuk kepalanya — tajam, cepat, lalu menghilang.
Dalam sepersekian detik itu, sebuah penglihatan muncul:
Ruang gelap.
Kristal besar berdenyut.
Simbol kuno berputar.
Dan — sebuah tangan yang terulur dari cahaya biru.
Tangan itu milik seseorang… yang entah bagaimana terasa dekat.
Dekat seperti darahnya sendiri.
Kael terhuyung dan menahan dinding.
Matanya gemetar.
Napasnya pecah-pecah.
"…itu bukan mimpi."
Untuk pertama kalinya, ia sadar:
Ada sesuatu di bawah Valtherion yang memanggilnya.
Dan sesuatu itu sadar akan keberadaannya.
---
Di kedalaman vault, Core Eldran berdenyut sekali lagi.
Lebih kuat dari sebelumnya.
Cahaya biru menyala seperti jantung yang tersadar dari tidur panjang.
Simbol kuno muncul di permukaan kristal.
Dan sebuah kalimat aktif:
[ -PROTOCOL AWAKENING: SUBJECT IDENTIFIED.
NAME: KAEL VALTHERION.]
Kristal bergetar.
Suara yang tak punya wujud bergema lembut — campuran kelelahan dan harapan.
"Cucu dari cucu-cucuku…
akhirnya kau mendengarku."
Di permukaan kristal, satu retakan kecil muncul —
retakan pertama sejak tiga abad terakhir.
Dan dunia pun mulai berubah tanpa seorang pun menyadarinya.
