Cherreads

Chapter 4 - Ch 4: Jejak yang tertinggal

Koridor Akademi Valtherion masih dipenuhi asap tipis ketika siluet Rhea lenyap ditelan bayangan. Hanya bara merah yang membekas di dinding, membentuk satu kata yang menggigilkan udara:

GENESIS.

Kael berdiri terpaku beberapa detik, napasnya memburu. Gauntletnya bergetar seolah merespons sesuatu yang tidak terlihat.

Ariane menyentuh lengannya pelan.

"Kael… kau kenal dia. Siapa Rhea sebenarnya?"

Kael menggenggam gauntletnya lebih keras. "Dia—"

Suaranya pecah. "…teman masa kecilku. Dia hilang tiga tahun lalu setelah insiden di sektor barat."

Ariane menelan ludah. "Yang menyebabkan ratusan orang menghilang tanpa jenazah…?"

Kael mengangguk pelan. "Ya."

Sebelum salah satu dari mereka sempat bicara lagi, lantai kembali bergetar. Sebuah aliran energi merambat dari bawah tanah — jauh lebih kuat daripada tremor sebelumnya. Cahaya biru pucat menyusup keluar dari celah lantai, membentuk pola seperti urat nadi.

"Denyut itu lagi…" Kael bergumam.

Ariane memusatkan mana pada matanya. Aura keperakan muncul, tipis namun tajam.

"Aku bisa melihatnya lebih jelas sekarang," bisiknya. "Denyut ini bukan hanya energi—ini… panggilan."

Koridor di depan mereka perlahan berubah. Bayangan-bayangan mulai merangkak keluar dari dinding, bukan dalam bentuk manusia, tapi seperti potongan memori yang retak: wajah-wajah tanpa mata, tangan-tangan yang tidak lengkap, tubuh yang seakan tersusun dari fragmen masa lalu.

Ariane memundurkan langkah. "Itu bukan monster… itu rekaman jiwa."

Kael maju satu langkah, menurunkan stance. "Mereka menyerang kita sama saja."

Salah satu bayangan melesat. Bentuknya kabur, namun serangannya nyata — memotong udara seperti pisau. Kael mengangkat gauntletnya, dan kilatan biru menyala. Benturan terjadi, membentuk gelombang kejut kecil yang menghancurkan ubin lantai.

Ariane merapalkan mantra singkat. "Ignis Converio!"

Lidah api perak memanjang dari ujung stafnya, memotong dua bayangan sekaligus. Makhluk itu mengerut, meleleh seperti lilin, lalu menghilang meninggalkan serpihan cahaya.

Namun semakin banyak bayangan bermunculan.

Kael mengumpat pelan. "Ini tidak akan selesai kalau kita diam di sini. Genesis… Rhea… pasti mengarah ke inti akademi."

Ariane menoleh cepat. "Ke ruang pusat? Itu tempat sumber mana akademi disimpan. Jika ada yang mengusiknya—"

"Tentu saja bakal kacau." Kael mengangkat gauntletnya yang kini bersinar lebih kuat. "Ayo."

Mereka berlari menembus koridor, melewati bayangan yang mengejar. Ariane menembak bola api kecil yang meledak sunyi, sementara Kael menghancurkan makhluk yang mencoba menghadang dengan pukulan energi singkat.

Ketika mereka mendekati tangga menuju lantai bawah, denyut itu tiba-tiba berhenti.

Semuanya… hening.

Asap berhenti bergerak. Bayangan di dinding membeku. Bahkan cahaya runes seperti terhenti sepersekian detik.

Ariane berbisik, "Ini… bukan alami. Mana di seluruh akademi menahan napas."

Dari arah bawah tanah, sebuah suara lembut menyusup ke telinga mereka — suara yang tidak seharusnya ada.

"…Kael."

Kael menegang. Itu suara Rhea.

Namun bukan suara hidup. Lebih mirip gema… atau panggilan dari jauh, terdistorsi, seperti ditarik paksa dari kedalaman ruang yang tidak memiliki bentuk.

Ariane menggenggam stafnya lebih kuat. "Ada sesuatu yang menunggu kita di bawah."

Kael menarik napas panjang, menatap kegelapan tangga yang terbuka seperti mulut raksasa.

"Kalau itu Rhea… aku harus melihatnya sendiri."

Dan tanpa menunggu, Kael melangkah ke bawah — ke dalam perut Akademi Valtherion, tempat denyut yang seharusnya tidak ada berasal.

Ariane mengikuti, meski ragu.

Di belakang mereka, bayangan-bayangan kembali bergerak… mengikuti.

More Chapters